Kekeringan adalah kondisi kekurangan pasokan air di daerah dalam jangka waktu lama. Berikut ini tanda kekeringan dan cara menghadapinya!
Kekeringan sudah menjadi fenomena alam yang sering terjadi saat memasuki musim kemarau yang panjang.
Ada banyak tanda kekeringan di suatu wilayah sehingga penting untuk selalu diwaspadai.
Salah satunya menurunnya curah hujan dan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bersih.
Tanda-tanda ini harus dikenali sebagai upaya untuk membantu dalam pencegahan dan penanggulangan dini.
Masyarakat bisa segera mengatasinya dengan mengelola sumber daya air serta mengurangi konsumsi air.
Sepenuhnya melibatkan penggunaan air bersih yang efisien sekaligus konservasi air.
Kondisi Kekeringan di Indonesia
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menyatakan bahwa beberapa daerah di Indonesia berpotensi mengalami kekeringan saat musim kemarau.
Setidaknya ada 4 jenis kekeringan yaitu kekeringan hidrologis, kekeringan meteorologi, kekeringan sosial ekonomi dan kekeringan pertanian.
Namun, jenis kekeringan yang sering melanda di berbagai wilayah adalah kekeringan meteorologis.
Kondisi ini ditandai dengan anomali cuaca dan iklim yang membuat curah hujan berkurang dalam periode tertentu.
Gejala kekeringan ini meliputi peningkatan suhu, evapotranspirasi dan penurunan curah hujan.
Apalagi hampir 19% wilayah Indonesia dari Zona Musim telah memasuki musim kemarau yang panjang.
Menurut prediksi BMKG, sebagian besar wilayah Bali, Nusa Tenggara dan Jawa juga sudah menyusul musim kemarau.
Kondisi kekeringan di Indonesia akan mendominasi wilayah tersebut hingga menjelang akhir bulan September.
Maka dari itu, kondisi ini sangat dibutuhkan kesiagaan dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
Tanda-Tanda Kekeringan
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, pengertian kekeringan merupakan fenomena yang diakibatkan oleh berkurangnya curah hujan.
Kekeringan sudah menjadi jenis bencana alam yang sering terjadi di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.
Nah, berikut ini adalah beberapa tanda kekeringan yang melanda suatu wilayah:
1. Menurunnya Curah Hujan dalam Satu Musim
Salah satu gejala kekeringan yang kerap melanda berbagai daerah yaitu berkaitan dengan curah hujan.
Kekeringan ditandai dengan tingkat curah hujan yang mengalami penurunan, bahkan dibawah batas normal.
Ini karena wilayah tersebut tidak mendapat hujan karena memasuki kemarau dalam jangka waktu tertentu.
Berkurangnya curah hujan menjadi indikasi pertama dari bencana kekeringan sehingga harus ditanggulangi.
2. Lahan Pertanian Kering dan Kekurangan Lengas Tanah
Tanda kekeringan yang selanjutnya adalah kekurangan lengas tanah yang termasuk dalam jenis kekeringan pertanian.
Kekeringan ini akan membuat kandungan air yang ada di dalam tanah menjadi berkurang.
Akibatnya, air sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan tanaman dalam periode waktu tertentu.
Kondisi ini tentu akan membuat pertumbuhan tanaman di sekitarnya menjadi terganggu.
Tanaman semakin lama menjadi layu atau kering sebelum akhirnya mati. Lebih parahnya, kekeringan pertanian ini bisa memicu terjadinya kekeringan sosial-ekonomi dan kekeringan hidrologi.
3. Menurunnya Pasokan Air Permukaan dan Air Tanah
Bukan hanya air tanah saja, kekeringan juga membuat pasokan air permukaan mengalami penurunan drastis.
Ciri-ciri kekeringan ini disebut kondisi hidrologis sehingga kebutuhan air terganggu secara serius.
Kekeringan hidrologis akan diukur dari ketinggian permukaan air danau, waduk, dan juga air tanah.
Debit air sungai dalam periode ulang aliran yang tidak lebih dari periode 5 tahunan maka tergolong kering.
Jika debit air melampaui periode ulang aliran yang jauh dari periode 25 tahunan berarti sangat kering.
Kekeringan bisa semakin parah saat musim hujan semakin pendek dan musim kemarau menjadi panjang.
4. Menurunnya Ketinggian Air di Sungai dan Danau
Sungai dan danau memiliki aliran air yang bersih sehingga bisa digunakan masyarakat untuk berbagai kebutuhan.
Seperti misalnya untuk keperluan minum, mencuci piring, mandi, mencuci baju dan lain sebagainya.
Namun, saat terjadi kekeringan maka ketinggian air di sungai ataupun danau akan menurun.
Saat kemarau panjang, debit sungai yang menurun akan menyusut sehingga semakin lama menjadi kering.
Tanda kekeringan ini membuat masyarakat harus mencari air ke sumber air di tempat.
Bukan tidak mungkin masyarakat sekitar hanya bisa menggantungkan pada bantuan air bersih.
5. Kualitas Air Menurun
Kekeringan memang termasuk dalam jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan atau slow onset disaster.
Setelah debit air sungai menurun, maka secara otomatis kualitas airnya akan mengalami penurunan.
Hal ini tentu menjadi salah satu ancaman yang berbahaya jika terjadi secara terus menerus.
Sebab, kebutuhan air untuk memasak, mandi, minum dan lain sebagainya sudah tidak bisa terpenuhi.
Dampak jangka panjang dari menurunnya kualitas air juga bisa menyebabkan kerusakan pada ekosistem perairan.
6. Kesulitan Mendapatkan Air Bersih
Sudah disinggung, bahwa tanda kekeringan akan membuat masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.
Air bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari semakin sulit untuk ditemukan.
Sungai dan danau di sekitar sudah mengering karena telah mengalami kekeringan berkepanjangan.
Kekeringan akan membuat berbagai industri seperti perkebunan, pertanian, dan pertanian gagal panen.
Tentu berdampak pada cadangan makanan ataupun minuman yang tersisa untuk manusia yang menjadi langka.
Secara tidak langsung kondisi ini akan membuat kualitas manusia menurun akibat kekeringan.
7. Semakin Banyaknya Kebakaran Hutan dan Lahan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang dihuni oleh beragam sumberdaya hayati yang harus dijaga dan dilestarikan.
Pada musim kemarau berkepanjangan, lahan akan menjadi kering dan pasokan air berkurang.
Fenomena kekeringan ini akan membuat berbagai jenis tanaman di kawasan hutan menjadi mengering.
Mulai dari rerumputan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, hingga semak belukar di sekitarnya.
Tentunya sangat rawan jika di sekitarnya terdapat sumber api karena bisa menimbulkan kebakaran hutan.
Cara Menghadapi Kekeringan
Meskipun ada sejumlah tanda kekeringan, tetapi sebenarnya hal ini masih dapat dicegah ataupun diatasi.
Namun, untuk mewujudkan hal ini tentu dibutuhkan kerja sama yang baik dari seluruh lapisan masyarakat.
Tujuannya supaya persediaan air masih tetap ada sehingga bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang.
Adapun berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Upaya Konservasi
Cara pertama untuk menghadapi berbagai tanda kekeringan adalah dengan melakukan upaya konservasi.
Ini merupakan metode atau upaya untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga terjamin hingga masa mendatang.
Tindakan konservasi ini bisa dimulai dengan memanfaatkan air yang tersedia dengan bijak dan efisien.
Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk menerapkan teknologi hemat air agar bisa dimanfaatkan seperlunya.
2. Menggunakan Air dengan Bijak
Upaya konservasi pertama yang dapat dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat adalah menggunakan air dengan bijak.
Bukan tanpa alasan, menghemat air merupakan cara yang paling mudah untuk menghadapi kekeringan.
Ketika memasuki musim penghujan, maka jumlah pasokan air yang tersedia akan semakin melimpah.
Namun, sebagian orang justru tidak menyadari atau bahkan lupa bahwa setelahnya akan datang musim kemarau.
Jika Sahabat tidak menghemat air, cadangan air yang ada akan semakin terbatas saat musim kemarau.
Upaya ini tentu dibutuhkan kerja sama sehingga tercukupinya cadangan air di musim kemarau bisa terwujudkan.
Islam sendiri telah menghimbau umatnya dalam menghemat air untuk kebutuhan sehari-hari. Sesuai sabda Rasulullah seperti berikut:
“أنَّ النبيَّ -صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ- مرَّ بسعدٍ وهو يتوضّأُ فقال: ما هذا السَّرفُ يا سعدُ؟ قال: أفي الوضوءِ سرفٌ، قال: نعم وإن كنتَ على نهَرِ جارٍ”
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berlalu di samping Sa’d yang sedang berwudhu, maka beliau bersabda, ‘Jangan berlebih-lebihan (dalam penggunaan air).’ Ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah berlebih-lebihan dalam (penggunaan) air (juga terlarang)? ’Beliau menjawab, Ya, meskipun engkau berada disungai yang mengalir’.”
3. Menggunakan Teknologi Hemat Air
Selain menghemat air dengan manual, sekarang ini sudah banyak yang memanfaatkan teknologi hemat air.
Berbagai teknologi hemat air sudah dikembangkan sebagai upaya untuk adaptasi dan antisipasi terhadap keterbatasan air.
Teknologi yang sering digunakan adalah embung yang dijadikan sebagai tempat penampungan air hujan.
Embung bisa digunakan untuk menerima pasokan air ketika ketika musim kemarau terjadi dalam waktu lama.
Embung akan memberikan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan mengairi persawahan.
4. Melakukan Mitigasi Kekeringan
Selain konservasi, masyarakat bisa melakukan mitigasi untuk mencegah tanda kekeringan di wilayahnya.
Caranya adalah dengan memanfaatkan sumber air secara efektif, menanam pohon, membuat waduk, dan membuat resapan air.
Meskipun begitu, mitigasi ternyata juga bisa dilakukan setelah bencana kekeringan melanda.
Hal ini bisa diatasi dengan membuat sumur bor, menyediakan pompa air, hingga penyemaian hujan buatan di wilayah tangkapan hujan.
5. Ikut Aktif dalam Program Air Bersih
Upaya terakhir untuk menghadapi bencana kekeringan yaitu ikut aktif dalam program air bersih.
Program semacam ini mencerminkan solidaritas dan gotong royong masyarakat dalam menghadapi tantangan lingkungan.
Kekeringan yang terjadi adalah peringatan akan pentingnya berbagai langkah proaktif untuk menjaga pasokan air bersih.
Masyarakat harus bersatu dan bekerjasama untuk menghadapi tantangan lingkungan yang cukup serius.
Tanda kekeringan di suatu wilayah memang menjadi hal yang sangat penting untuk selalu diwaspadai. Nah, Sahabat bisa membantu memberikan sedekah air untuk masyarakat yang kurang pasokan air bersih.
Salurkan sedekah air bersih dengan mudah melalui Laznas Yatim Mandiri sebagai lembaga terpercaya.