Adab Rasulullah Pada Anak Yatim yang Patut Dicontoh

Dalam agama Islam sudah dijelaskan mengenai bagaimana adab Rasulullah pada anak yatim yang bisa dijadikan teladan. Cari tahu di sini.


Agama Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berbagi dengan orang yang membutuhkan salah satunya adalah anak yatim. Ini juga yang dicontohkan oleh Rasul termasuk bagaimana adab Rasulullah pada anak yatim di sekitarnya.

Menyantuni anak yatim tidak hanya berupa uang saja, bisa juga dengan jenis sumbangan lainnya seperti perlengkapan sekolah, perlengkapan mengaji, makanan, dan sebagainya. Ketika hendak bersedekah, ada sikap-sikap yang perlu diperhatikan.

Adab Rasulullah Pada Anak Yatim

Penting untuk diketahui anak yatim adalah seorang anak yang sudah ditinggal oleh ayah sebelum masuk di masa baligh. Batas usia anak yatim tersebut berhak mendapatkan sumbangan adalah sampai akhir baligh.

Lalu, bagaimana sikap ketika menyantuni anak yatim seperti yang diajarkan Rasul?

1. Memberikan Sedekah Berupa Sebagian Harta dan Pakaian

Memberikan Sedekah Berupa Sebagian Harta dan Pakaian
sumber gambar : istock

Cara menyantuni anak yatim yang pertama adalah dengan membagikan sebagian hartanya. Misalnya dengan menyisihkan uang, lalu kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk membeli pakaian atau perlengkapan sekolah.

Anak-anak yatim itu telah kehilangan ayahnya yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Oleh karena itu, anak-anak yatim menjadi serba kekurangan. Jadi tidak ada salahnya untuk membagikan sebagian harta yang dibutuhkan.

Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad mengatakan bahwa Naungan bagi seorang mukmin di hari kiamat adalah sedekahnya. Berdasarkan hadis tersebut sudah jelas bahwa sedekah adalah penyelamat saat hari kiamat.

Selain memberikan pakaian, juga bisa memberikan bantuan untuk pendidikannya. Walaupun ada dana BOS dan beasiswa lainnya, tetapi mereka juga membutuhkan dana untuk membeli keperluan sekolah lainnya seperti tas, buku tulis, seragam, dan sebagainya.

Ketika hendak menyantuni anak yatim, adab Rasulullah pada anak yatim yang harus dicontoh adalah memberikannya dengan ikhlas dan baik-baik. Lebih baik bersedekah secara sembunyi-sembunyi, hanya Allah saja yang tahu jadi terhindar dari sikap riya’.

Baca Juga : Patut Menjadi Teladan, Inilah Sifat Nabi Muhammad SAW Patut Ditiru

2. Mengelus Kepalanya

Mengelus Kepalanya
sumber gambar : istock

Rasulullah SAW juga senantiasa mengelus kepala anak yatim ketika sedang memberi sedekah. Mengelus kepala adalah tanda kasih sayang dan perhatian. Manfaat mengelus kepala anak yatim adalah dapat melunakkan hati yang keras.

Perasaan akan berubah menjadi tenang dan damai sehingga bisa bersedekah dengan ikhlas. Ini juga cara untuk menyalurkan kebahagiaan kepada anak-anak yatim. Tetapi, dalam prakteknya hal itu harus dilakukan tanpa dibuat-buat dan tidak terpaksa.

Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad mengenai amalan mengusap kepala anak yatim. Menurut hadis tersebut barangsiapa mengusap kepala anak yatim yang semata-mata karena Allah maka di setiap rambut yang diusapnya itu Allah akan memberikannya kebaikan.

Anak yatim memang membutuhkan kasih sayang karena sudah tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya lagi. Maka apabila itu dilakukan oleh seseorang dengan ikhlas, maka Allah akan melimpahkan kebaikan kepada dirinya.

Ini adalah salah satu contoh adab Rasulullah pada anak yatim yang harus diteladani. Ada juga cara mengusapkan kepala yang benar yaitu dari bagian atas ke bagian depan.

Keutamaan lain dari mengusap kepala anak yatim juga akan dihadiahi oleh surga kecuali dirinya pernah berbuat dosa yang sangat besar.

3. Berkata yang Lemah Lembut

Berkata yang Lemah Lembut
sumber gambar : yatim mandiri

Ketika hendak menyantuni anak yatim, jangan memberikannya secara kasar tetapi harus lemah lembut penuh kasih sayang. Hal ini juga sudah diceritakan ketika suatu hari di Kota Madinah Rasulullah SAW melihat seorang anak kecil yang tampak sedih.

Padahal hari itu sedang Idul Fitri, hari di mana semua orang merasakan kebahagiaan. Rasulullah SAW pun menghampiri anak tersebut dan bertanya apa yang membuatnya sedih. Ternyata anak tersebut ditinggal kedua orangtuanya.

Ayahnya telah wafat berperang dengan Rasulullah SAW, ibunya menikah lagi dan ayah tirinya mengusirnya dari rumah. Kemudian Rasulullah menawarkan diri untuk menjadi ayahnya, Aisyah menjadi Ibunya dan Fatimah menjadi saudaranya.

Cara Rasulullah berbicara dengan anak kecil itu sangat lembut, penuh kasih sayang hingga bisa mengembalikan senyum anak yatim itu. Rasulullah juga menghadiahkan pakaian yang layak untuknya, sungguh adab Rasulullah pada anak yatim ini sangat mengharukan.

Baca Juga : 7 Jenis Sumbangan Untuk Anak Yatim yang Perlu Dipahami

4. Tidak Menghardiknya

Tidak Menghardiknya
sumber gambar : yatim mandiri

Jangan pernah menghardik anak yatim ketika sedang memberikan santunan. Hal ini sudah dijelaskan lebih lanjut dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 6 yang bunyinya

لاتأكلوها إسرافا وبدارا أن يكبروا ومن كان غنيا فليستغفف ومن كان فقيرا فايأ كل با المعروف.

Artinya adalah jangan sampai memakan harta anak yatim dan lebih lanjut dijelaskan dalam Surah Ad-Dhuha dalam ayat 9 larangan untuk berlaku sewenang-wenang dengan anak yatim. Sesungguhnya itu adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT.

Menghardik itu bisa seperti menghina, mencaci maki, membentak, memarahi, bahkan merendahkannya. Kepada anak yatim harus bisa berbuat baik, mengasihaninya dan mengasihinya, jadilah seperti seorang ayah yang sayang kepada anaknya.

Ada sebuah hadis menjelaskan tentang bahwa sebaik-baiknya rumah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim dan diperlakukan dengan baik. Sebaliknya, seburuk-buruknya rumah adalah rumah yang berisi anak yatim dan diperlakukan buruk.

5. Selalu Memuliakannya

Selalu Memuliakannya
sumber gambar : yatim mandiri

Adab Rasulullah pada anak yatim yang berikutnya adalah selalu memuliakannya. Ini bisa menjadi contoh ayah-ayah di luar sana untuk mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Misalnya dengan mengungkapkan perasaan sayang dan cinta kepada anaknya.

Banyak ayah di luar sana yang kesulitan mengungkapkan perasaan sayang dan cinta tersebut, padahal itu bisa menambah kedekatan dengan anaknya. Begitu pula juga kepada anak yatim, tidak ada salahnya bersikap baik dan memuliakannya agar bertambah dekat.

Anak yatim tersebut tentu akan merasa senang dan memiliki teman baru. Kesedihannya akibat ditinggal Ayahnya menjadi sedikit terobati. Rasulullah SAW juga berkata bahwa memuliakan anak yatim bisa menjadi obat untuk hati seseorang yang kotor.

Hati seseorang yang terlalu keras bisa melunak dengan bersikap baik kepada anak yatim, menjadikannya lembut. Apabila hatinya kotor sesungguhnya itu adalah hati yang jauh dari Allah SWT. Dalam kisah Abu Darda’ pernah ada seseorang yang datang menghampiri Rasul.

Orang tersebut bertanya bagaimana caranya membuat hati berubah menjadi lembut dan jawaban Rasul adalah dengan menyantuni anak yatim, berbuat baik kepadanya dan mengusap kepalanya. Hal tersebut akan membuat hati menjadi lembut dan bisa memenuhi hajat yang diinginkan.

Baca Juga : Pengertian Anak Yatim dan Piatu serta Perbedaannya dalam Islam

6. Membawanya ke Keluarganya

Membawanya ke Keluarganya
sumber gambar : istock

Adab Rasulullah pada anak yatim yang paling utama adalah dengan membawanya ke keluarganya. Ada sebuah kisah di zaman Rasulullah SAW dulu, ketika Zainab yang merupakan istri Ibnu Mas’ud datang bertanya kepada Rasulullah mengenai menyantuni anak yatim di rumah mereka.

Rasulullah SAW mengatakan bahwa Zainab akan mendapatkan dua pahala, pahala pertama adalah sedekah dan kedua adalah karena menjaga hubungan kerabat.

Ketika membawa seorang anak yatim ke dalam keluarga maka cukupkanlah kebutuhannya, ajarkan agamanya dan mendidikanya hingga baligh.

Sebagai penjamin anak yatim, orang tersebut harus menjamin kehidupannya dan memperlakukannya seperti anak sendiri, tidak pilih kasih dalam hal papan, sandang dan pangan. Hal ini juga dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah SAW lainnya.

7. Mengurusnya Secara Adil

Mengurusnya Secara Adil
sumber gambar : istock

Bagi yang menjadi pengasuh anak yatim sudah seharusnya bersikap adil kepada anak-anak yatim satu sama lain. Jangan sampai ada kecemburuan yang terbesit di hati salah satu dari mereka karena perlakuan tidak adil tersebut.

Rasulullah senantiasa mencontohkan adab Rasulullah pada anak yatim kepada umatnya agar senantiasa berbuat kebaikan. Tidak boleh menghardik karena itu larangan dari Allah SWT. Lalu apabila ingin menyantuni anak yatim, bisa memberikan apa yang menjadi kebutuhan anak yatim.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top
Jadi Orang Tua Asuh