Bedanya Tahun Baru Islam Dengan Masehi dan Sejarahnya

Umat muslim di seluruh dunia merayakan tahun baru muslim setiap tanggal 1 Muharam. Penetapannya memiliki sejarah sendiri, yang mungkin belum semua orang tahu. Bagaimana sejarahnya dan apa perbedaannya dengan penanggalan masehi?

Tahun baru tersebut, menjadi salah satu momen yang sangat penting dan ditunggu-tunggu. Selain bisa kembali menyelami makna hijrah Rasulullah, juga sebagai langkah untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mau tahu cerita lebih lengkapnya?

Sejarah Tahun Baru Islam

Sebelum pertemuannya dengan para sahabat Rasulullah lainnya, terdapat momen dimana pada abad ke-7 Masehi Gubernur Basrah yang berada di Irak merasa gundah. Pasalnya, setiap surat yang ia terima dari Khalifah Umar Bin Khattab tidak memiliki tanggal kirim.

Tentunya akan menjadi sebuah masalah, ketika akan mendokumentasikan surat tersebut. Bisa saja pengiriman surat ada di tanggal dan bulan sama, sementara tahunnya berbeda. Jika tidak terdapat tahun yang jelas, tentu kebingungan akan terjadi tentang surat manakah yang terlebih dahulu diterima oleh sang gubernur.

Di zaman Rasulullah sendiri, sebenarnya sistem kalender sudah ada. Beliau memakai sistem penanggalan, memakai acuan 12 bulan dalan satu tahun dan kontinuitas hari dan bulan sehingga tidak ada hari atau bulan berulang. 

Sistem kalender yang sudah diterapkan tersebut memiliki penjelasan sahihnya di dalam Alquran, tepatnya pada Surat At-Taubah ayat 36-37 dimana dijelaskan tentang hilal dan posisi bulan secara Islam.

Di dalam ayat tersebut secara tegas Allah memberikan petunjuk bahwa bulan itu terdiri dari 12, lalu ada empat bulan haram. Memang sudah seharusnya umat muslim mengacu kepada petunjuk langsung dari Allah SWT tersebut.

Penentuan Tahun Baru Islam

Beberapa tahapan mewarnai penentuan tahun baru Islam, awalnya merupakan ide sahabat Rasulullah yaitu Umar Bin Khattab. Kemudian diusulkanlah pertemuan dengan sahabat yang lain pada tahun ke-7 Masehi.

Alhasil, dalam pertemuannya muncul ide untuk memakai sistem penanggalan pra Islam yang sudah digunakan saat itu. Dimana ada tanggal dan bulan, namun tanpa adanya tahun.

Penyempurnaan dilakukan, dengan menambahkan tahun untuk setiap bulan yang sudah ada. Setelah musyawarah yang cukup alot, dicapailah mufakat untuk menentukan 1 Muharram sebagai tahun baru Islam yang dijadikan pedoman.

Dipilihnya satu Muharam karena merupakan momen hijrahnya Nabi Muhammad, dari Kota Mekah ke Madinah. Pada momen tersebut, juga menjadi tanda perubahan masa eksistensi umat muslim dari jahiliyah menjadi madani.

Usulan tersebut, dilontarkan langsung oleh Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan disetujui oleh semua sahabat nabi yang lainnya. 

Sebenarnya, selain usulan tersebut awalnya ada beberapa opsi dari kalangan sahabat Rasulullah. Seperti momen Isra’ dan Mi’raj, yang disebut sebagai momentum penting saat Nabi terakhir tersebut menerima wahyu untuk menjadi salah satu Nabi Allah SWT.

Alasannya, momen hijrah dinilai lebih universal jika dibandingkan dengan momen kelahiran Rasulullah.

Penentuan pastinya, yaitu pada 17 tahun setelah hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah tersebut, tepatnya pada tahun 638 masehi. Sejak itulah, kalender Islam mulai dikenal dan diakui sebagai pedoman penanggalan oleh umar Islam.

Tidak ada perubahan yang terjadi sejak penetapan tersebut sampai saat ini, dimana sistem dan proses penanggalan masih mengacu kepada kesepakatan khalifah di masa Rasulullah tersebut. 

Perbedaan Kalender Hijriyah dan Masehi

Apakah ada perbedaan antara kalender Hijriyah dengan Masehi? Ternyata sangat banyak, perlu dipahami agar tidak salah pemahaman. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

  • Jumlah Hari Dalam Satu Bulan

Dalam kalender Hijriyah, satu bulan memiliki antara 29 hari atau 30 hari saja. Sehingga total hari dalam satu tahunnya berkisar 354-355 hari.

Sebagai penjelas pada bulan Muharam ada 29 hari, Safar sebanyak 30 hari, Rabiul Awal sebnyak 29 hari, Rabiul Akhir terdiri dari 30 hari. Selanjutnya bulan Jumadil awal ada 29 hari, Jumadil akhir ada 30 hari.

Pada bulan Rajab terdapat 30 hari, Ramadhan juga 30 hari, kemudian Syawal terdiri dari 30 hari. Selanjutnya, Zulkaidah 29 hari dan terakhir ada tahun dimana bulan Dzulhijjah terdiri dari 29 hari dan ada juga yang mencapai 30 hari.

Sedangkan pada tahun masehi, di dalam satu bulan ada yang berjumlah 30 atau 31 hari. Kecuali Februari yang jumlah harinya antara 28-29 hari saja. Sehingga untuk total hari dalam satu tahun sekitar 365 hari.

Jika dilihat penanggalan, pada sekali empat tahun akan terjadi tahun kabisat dimana jumlah hari mencapai 366 hari. Tepatnya ketika pada bulan Februari terdiri dari 29 hari.

Sebagai perbandingan, pada tahun yang terdiri dari 365 hari. Bulan Januari memiliki 31 hari, kemudian Februari 28 hari Maret sebanyak 31 hari, April terdiri dari 30 hari, dan Mei jumlah harinya 31.

Selanjutnya, bulan Juni terdiri dari 30 hari lalu Juli 31 hari, Agustus 31 hari, September jumlahnya 30 hari, Oktober 31 hari, November terdiri dari 30 hari, dan Desember sebanyak 31 hari.

  • Asal Penetapan 

Berdasarkan sejarahnya, penetapan tahun baru Islam didasarkan pada hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Medinah. Dijadikan simbol dari hijrahnya umat muslim dari zaman jahiliah ke zaman madani. 

Penetapan ini, juga sudah diakui dunia sejak tahun ke-7 Masehi dan sudah digunakan sebagai kalender Islam di seluruh dunia.

Berbeda dengan kalender Masehi, dimana penetapannya adalah berdasarkan lahirnya Nabi Isa AS. Proses penetapannya, juga cukup panjang, membutuhkan waktu tidak sebentar sampai akhirnya dipakai oleh seluruh dunia saat ini.

  • Cara Menghitung Tanggal

Untuk menghitung tanggal berdasarkan kalender hijriyah adalah, berdasarkan posisi bulan pada bumi, ditandai dengan terbitnya matahari di hari ini sampai terbitnya matahari di hari berikutnya.

Kalau melihat cara penghitungan kalender masehi yaitu, berdasarkan gerakan matahari pada bumi. Dimulai dari tengah malam yang merupakan permulaan hari baru di pukul 00.00.

  • Bentuk Tanggal dan Angka yang Digunakan

Perbedaan sangat jelas juga terlihat dari bentuk tanggal, dimana pada kalender hijriyah menggunakan angka dan huruf arab yang pastinya sudah sangat dipahami oleh umat Islam. Bentuknya juga sangat khas dan berbeda dengan angka dari bahasa lain.

Dalam sebuah kalender hijriyah, juga terdapat penjelasan tentang berbagai hal. Salah satunya waktu shalat yang dijadikan acuan.

Sementara pada tanggal dan hari dalam kalender masehi, memakai angka yang disebut alfabet begitu juga dengan penamaan harinya juga menggunakan huruf alfabet. 

Pada kalender tersebut juga tersedia beberapa informasi pendukung, diantaranya hari libur yang disesuaikan dengan negara yang menggunakan kalender tersebut.

  • Menentukan Awal Dalam Satu Hari

Dalam kalender hijriyah, untuk menentukan satu hari adalah dari mulai terbit sampai terbenam matahari. 

Oleh karena itu saat menentukan kapan tahun baru Islam, 1 Ramadhan, dan 1 Syawal benar-benar dilakukan pengamatan yang tepat agar penanggalannya tidak salah.

Beda dengan masehi yang dimulai dari tengah malam di suatu tempat, dimana akan berbeda penghitungannya di sebuah daerah dengan daerah lain.

Banyak ilmu didapat, jika mengetahui bagaimana penetapan dari tahun baru Islam. Dengan begitu, siapa saja menjadi lebih paham sejarahnya dan bagaimana menjadikan sistem penanggalan tersebut sebagai sesuatu yang memang patut untuk dijadikan pedoman.

Referensi :

  1. https://tekno.tempo.co/read/1484150/5-perbedaan-kalender-hijriah-dan-kalender-masehi
  2. https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/01/110000179/sejarah-tahun-baru-islam?page=all
  3. http://sditattaubahbatuajibatam.sch.id/read/116/memaknai-1-muharram-1443-h-dari-sudut-sejarah-tahun-baru-islam-dan-filosofinya

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top