Mengenal Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji Sesuai Syariat

Supaya ibadah diterima dan sah, maka harus dilakukan sesuai tata caranya. Kenali tata cara pelaksanaan ibadah haji sesuai syariat Islam, agar haji mabrur.


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi umat muslim terbesar di dunia. Jadi berbagai aktivitas beribadah dalam agama Islam bisa dipelajari dengan mudah. Tapi sayangnya, sampai saat ini masih banyak yang belum paham tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji.

Sehingga ketika akan berkunjung ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji, banyak jamaah yang baru mempelajari tata caranya.

Padahal di beberapa sekolah dasar dan taman kanak-kanak di Indonesia terutama yang berbasis Islam, tata cara haji juga sudah diajarkan.

Mengetahui urutan tata cara ibadah haji ini merupakan hal yang sangat penting dan wajib dipahami oleh setiap umat muslim.

Karena jika ibadah haji tidak dilakukan dengan urutan dan tata cara yang sesuai syariat, maka haji tersebut akan dianggap tidak sah.

Jenis-jenis Ibadah Haji yang Wajib Diketahui Umat Muslim

Sebelum mempelajari tentang tata cara pelaksanaan haji sesuai syariat, umat muslim harus tahu terlebih dahulu tentang jenis-jenis haji. Karena ibadah haji pada dasarnya dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Ifrad, Qiran, dan Tamattu, berikut penjelasan secara rincinya.

1.   Haji Ifrad

Jenis haji yang pertama adalah haji ifrad, yaitu ibadah haji yang dilaksanakan di awal kemudian dilanjutkan dengan umrah. Jadi jamaah diharuskan menyelesaikan haji terlebih dahulu, setelah itu baru boleh melaksanakan tata cara ibadah umrah.

2.   Haji Qiran

Jenis yang kedua yaitu haji qiran dimana ibadah haji dan ibadah umrah digabung menjadi satu atau dilakukan secara bersamaan. Haji qiran merupakan jenis haji yang menggabungkan niat haji dan umrah dalam satu waktu.

Haji jenis ini dilakukan di bulan-bulan haji seperti Syawal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Tapi perlu diketahui, seorang muslim yang melaksanakan haji qiran nantinya harus membayar denda atau dam. Caranya dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh sapi maupun unta.

Artikel lainnya :   Apa Saja Syarat Wajib Haji yang Wajib Dipenuhi Umat Islam?

3.   Haji Tamattu

Jenis haji yang terakhir adalah haji tamattu, yaitu jamaah yang melaksanakan umrah terlebih dahulu di bulan haji. Setelah menyelesaikan ibadah umrah, maka jamaah akan harus melakukan tahallul dan dilanjutkan dengan berihram untuk haji.

Jenis haji ini biasanya juga disebut sebagai haji bersenang-senang. Bagi jamaah yang melaksanakan haji tamattu, maka juga diwajibkan untuk membayar dam. Caranya dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh sapi maupun unta.

Sebagai umat muslim, Anda harus mengingat ketiga jenis haji di atas yaitu haji ifrad, haji qiran, dan haji tamattu. Karena hal ini nantinya akan berkaitan sangat erat dengan urutan tata cara pelaksanaan haji. Setiap jenis haji memiliki tata cara yang sedikit berbeda antara satu sama lain.

11 Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji Sesuai Syariat Islam

Bisa melaksanakan haji di tanah suci merupakan impian seluruh umat muslim. Sehingga tidak heran ada banyak sekali kaum muslimin dan muslimat yang mempelajari tata cara pelaksanaan ibadah haji sesuai syariat sejak dini.

Bagi Anda yang masih bingung dan ingin belajar, simak penjelasan berikut.

1.   Melakukan Ihram

Urutan tata cara ibadah haji yang pertama adalah melakukan ihram. Ini merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap jamaah haji, dan ihram dilakukan sejak Miqat. Jarak Miqat biasanya sudah ditentukan oleh pihak yang berwenang berdasarkan dari tempat tinggal jamaah.

Ketika melaksanakan ihram, jamaah laki-laki harus menggunakan kain yang tidak dijahit dan disunnahkan berwarna putih. Sedangkan untuk jamaah perempuan diharuskan menggunakan pakaian yang menutup aurat, tetapi tidak boleh menggunakan cadar.

Sebelum berihram, jamaah haji disunnahkan untuk mandi dan berwudhu terlebih dahulu. Selain itu para jamaah juga disunnahkan untuk memotong kuku, kumis, bulu ketiak, serta bulu kemaluan. Ihram bisa dilaksanakan sejak bulan syawal hingga tanggal 9 bulan Dzulhijah.

Selama berihram ada beberapa larangan atau hal-hal yang harus dihindari oleh jamaah haji. Di antaranya adalah berjima dengan sengaja, memburu hewan atau burung, dan membawa senjata. Jika melanggar salah satu dari larangan di atas, bisa menyebabkan haji batal atau tidak sah.

2.   Wukuf di Padang Arafah

Tata cara pelaksanaan ibadah haji berikutnya yang harus dilakukan oleh jamaah adalah wukuf di Padang Arafah. Ketika berada di sini, seluruh jamaah akan diajak berdzikir dan berdoa untuk memohon ampunan kepada Allah terhadap segala dosanya. 

Wukuf sendiri merupakan kata dari bahasa Arab yang artinya adalah berdiam diri. Arafah sendiri adalah sebuah gunung tempat di mana nabi menyampaikan khutbah terakhir kali untuk para umatnya. Wukuf dilaksanakan setelah matahari tergelincir pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Ketika melaksanakan wukuf di Padang Arafah, jamaah haji disunnahkan untuk lebih banyak berdzikir mengingat Allah. Selain itu para jamaah juga disarankan untuk melakukan sholat jamak taqdim qashar dan banyak menghadap kiblat.

Di sini harus banyak-banyak memanjatkan doa. Perlu diketahui bahwa wukuf merupakan salah satu hal yang membedakan antara ibadah haji dan ibadah umrah.

Karena seseorang yang melaksanakan umrah tidak akan melakukan wukuf di Padang Arafah. Mereka hanya akan melakukan ihram, thawaf, sa’i, dan tahallul setelah itu selesai.

3.   Melakukan Thawaf Ifadah

Urutan tata cara pelaksanaan haji yang ketiga dan tidak boleh dilewatkan adalah melakukan thawaf ifadah. Selama thawaf ifadah, jamaah harus berada di Masjidil Haram dan berkeliling Ka’bah sebanyak 7 kali. Selama mengitari Ka’bah, jamaah harus terus melafalkan bacaan talbiyah.

Selama melaksanakan thawaf ifadah, jamaah laki-laki dianjurkan untuk mengeluarkan suara yang nyaring dan terdengar jelas. Sedangkan untuk jamaah perempuan terdapat aturan sebaliknya, yaitu sebaiknya melafalkan bacaan talbiyah dengan suara pelan dan tidak terlalu nyaring.

Sebaiknya thawaf dimulai dari dari sebelah kiri Ka’bah. Beberapa syarat yang harus dipenuhi jamaah saat berthawaf adalah menutup aurat dengan sempurna. Selain itu suci dari hadas besar maupun kecil dan harus berwudhu dahulu, juga menjadi syarat untuk melakukan thawaf.

Jika wudhu batal saat jamaah tengah berthawaf, harus segera kembali mensucikan diri. Setelah itu thawaf bisa dilaksanakan dengan meneruskan hitungan memutari Ka’bah yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah selesai jamaah disunnahkan untuk sholat sunnah thawaf.

Artikel pilihan :   Berikut 6 Rukun Haji yang Perlu Dipahami oleh Jemaah

4.   Melaksanakan Sa’i di Bukit Shafa dan Marwah

Supaya haji sah maka jamaah harus mengikuti tata cara pelaksanaan ibadah haji berikut ini yaitu melaksanakan sa’i. Karensa sa’i merupakan salah satu rukun ibadah haji. Perlu diketahui bahwa sa’i merupakan kata dari bahasa Arab yang artinya adalah berlari atau berusaha. 

Ketika melaksanakan sa’i, jamaah laki-laki dianjurkan untuk berlari-lari kecil di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Sedangkan untuk jamaah perempuan tidak diharuskan berlari kecil, tapi bisa melakukannya dengan berjalan cepat dan tetap berhati-hati supaya tidak tersandung pakaian.

Namun bagi jamaah yang sekiranya tidak bisa berlari kecil atau berjalan, bisa melakukan sa’i dengan menggunakan bantuan kursi roda. Jika memungkinkan jamaah sebaiknya berjalan atau berlari kecil hingga ke atas bukit, tapi jika tidak bisa maka cukup sampai kaki bukit.

Sejarah dari rukun haji yang satu ini merupakan kisah Siti Hajar yang kesulitan mencari air saat anaknya nabi Ismail kehausan. Siti Hajar terus berlari di antara Bukit Shafa dan Marwah dan berusaha mencari mata air di sekitar. Hingga akhirnya Allah memberinya mata air zamzam

5.   Menginap di Muzdalifah

Berikutnya tata cara pelaksanaan ibadah haji yang juga tidak boleh dilewatkan oleh para jamaah adalah menginap atau mabit di Muzdalifah. Perlu diketahui bahwa Muzdalifah merupakan suatu kawasan terbuka yang ada di antara Kota Mekkah dan Mina Arab Saudi.

Mabit di Muzdalifah ini harus dilakukan oleh setiap jamaah haji setelah melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Ketika berada di muzdalifah jamaah tidak hanya beristirahat untuk melanjutkan kegiatan ibadah selanjutnya. Tapi di sini mereka diharuskan untuk mengumpulkan batu kerikil.

Nantinya batu kerikil tersebut akan digunakan untuk urutan tata cara ibadah haji berikutnya yaitu melempar jumrah. Biasanya jamaah akan bergerak menuju Muzdalifah ketika menjelang maghrib. Kegiatan mabit ini dilakukan hingga tengah malam atau pagi keesokan hari.

Ketika berada di Muzdalifah, jamaah haji diharapkan bisa membersihkan diri dan membentengi hati supaya bisa melawan musuh setan. Caranya dengan berdzikir, bertaubat, dan berdoa kepada Allah semoga selalu diberi perlindungan dan bisa menjaga diri dari godaan setan maupun iblis.

6.   Melempar Jumrah di Aqabah

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, ketika berada di Muzdalifah jamaah haji diminta untuk mengumpulkan kerikil dalam sebuah wadah. Nah kerikil tersebut akan digunakan untuk tata cara pelaksanaan ibadah haji selanjutnya yakni melempar atau melontarkan jumrah di Aqabah.

Sebagai umat muslim kita harus selalu mengingat bahwa iblis tidak pernah mati sehingga kita harus selalu waspada dan memeranginya. Ketika melakukan lempar jumrah, jamaah harus senantiasa membaca takbir hingga selesai melempar batu kerikil sebanyak 7 kali.

Perlu diingat saat melempar batu kerikil, jamaah tidak boleh melemparnya sekaligus atau dalam jumlah yang banyak. Jadi jamaah haji harus melempar jumrah di Aqabah dengan batu kerikil caranya satu persatu. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah.

7.   Memotong Rambut

Setelah menyelesaikan tata cara pelaksanaan ibadah haji melempar jumrah, berikutnya jamaah harus melakukan tahallul awal. Yang dimaksud dengan tahallul awal adalah memotong rambut setidaknya 3 helai. Hal ini berlaku bagi jamaah haji laki-laki maupun jamaah perempuan.

Perlu diingat tahallul awal ini hanya boleh dilakukan oleh jamaah haji yang sudah melakukan thawaf ifadhah dan melempar jumrah. Dengan melakukan tahallul awal ini berarti seluruh larangan yang tidak dibolehkan setelah ihram sudah tidak berlaku lagi.

Tapi masih ada 1 larangan yang tidak boleh dilakukan meski telah melakukan tahallul awal. Pasangan suami istri masih tidak diperbolehkan untuk berjima atau berhubungan suami istri. Selain itu berbagai hal yang mengarah pada berjima seperti menyentuh dengan syahwat juga dilarang.

Untuk melakukan tahallul awal, jamaah bisa memotong rambut setelah tiba di Mina. Tetapi kegiatan memotong rambut ini tidak boleh dilakukan jika jamaah tiba di Mina setelah matahari tenggelam. Jika sampai mengalami hal tersebut, maka jamaah haji harus membayar dam atau denda.

Baca juga :   Apa Perbedaan Haji dan Umrah? Serupa tapi Berbeda

8.   Melempar 3 Jumrah

Kegiatan melempar jumrah ini akan biasanya dilaksanakan pada tanggal 11-13 bulan Dzulhijah, tanggal 11-12 adalah Naffar Awwal dan 13 adalah Nafar Tsani. Ketika jumrah di Aqabah, jamaah haji harus melemparkan batu kerikil yang sudah dicari sebelumnya sebanyak 7 kali.

Saat melempar batu kerikil ini terdapat tiga tiang atau jumrah yang harus dilempari yaitu Jumrah Ula, Jumrah Wusta, dan Jumrah Aqabah. Jumrah Ula letaknya di dekat Haratullisan, Jumrah Wusta di antara jumrah Ula dan Aqabah. Terakhir Jumrah Aqabah berada di perbatasan Mina dan Mekkah.

Dalam kegiatan melempar jumrah terdapat pesan bagi para umat muslim untuk senantiasa memerangi iblis dan segala godaannya.Ketika melempar jumrah, jamaah haji harus melakukannya secara berurutan dan tidak boleh terbalik antara satu sama lain. 

Karena jika sampai terbalik, maka jamaah tersebut harus mengulang sejak awal lagi. Hal yang wajib diketahui oleh jamaah adalah batu yang digunakan untuk melempar jumrah harus kerikil dan tidak boleh jenis lain. Jika ada jamaah yang sakit, maka kegiatan ini bisa diwakilkan.

9.   Menginap di Mina

Selanjutnya selain menginap di Muzdalifah, setiap jamaah haji juga diwajibkan untuk menginap atau bermalam di Mina. Para jamaah bisa menginap di Mina pada tanggal 11-13 bulan Dzulhijjah setelah melaksanakan lempar jumrah. Mina merupakan sebuah lembah yang ada di dekat Mekkah.

Jarak Mina dari Kota Mekkah sekitar 5 kilometer dan di kawasan ini terdapat banyak sekali tenda jamaah yang sedang bermalam. Bahkan kawasan ini juga mendapat julukan sebagai kota tenda. Ketika berada di Mina, jamaah bisa istirahat sejenak sebelum melaksanakan kegiatan besok.

Tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan bermalam di Mina ini dibedakan menjadi 2 jenis yaitu nafar awwal dan nafar tsani. Nafar awwal merupakan kegiatan menginap di Mina hingga 2 hari, sedangkan nafar tsani adalah menginap di Mina hingga 3 hari.

10.   Melakukan Thawaf Wada atau Thawaf Perpisahan

Tata cara pelaksanaan ibadah haji yang mulai memasuki tahap akhir adalah melakukan thawaf wada. Thawaf ini juga sering disebut sebagai thawaf perpisahan karena merupakan salah satu tanda akan berakhirnya perjalanan haji umat muslim.

Thawaf wada akan dilakukan ketika jamaah haji hendak meninggalkan Kota Mekkah. Setelah melaksanakan thawaf perpisahan, para jamaah tidak akan dibolehkan untuk menginap kembali di hotel. Mereka harus segera pergi meninggalkan kota Mekkah secepatnya.

Setelah melakukan thawaf wada, jamaah hanya boleh berada di hotel untuk menunggu bus, pergi ke toilet atau bersiap pergi ke tempat lain. Misalnya jika jamaah ingin pergi ke Kota Madinah untuk berziarah, hal ini diperbolehkan yang terpenting adalah tidak kembali ke Mekkah.

Keutamaan dari thawaf wada di antaranya adalah mendapat pahala sama seperti memerdekakan budak dari Bani Ismail. Setiap ucapan yang disampaikan saat bertawaf wada setara dengan 10 kali lipat kebaikan. Malaikat juga akan ikut mendoakan setiap hal yang dipanjatkan dalam doa.

11.   Melakukan Tahallul Akhir

Urutan tata cara pelaksanaan haji yang paling akhir adalah melakukan tahallul akhir atau tahallul tsani. Kegiatan ini hanya boleh dilakukan ketika seluruh rangkaian ibadah haji sudah diselesaikan oleh jamaah. Setelah melakukan tahallul akhir, maka seluruh larangan ihram sudah berakhir.

Berbeda dengan tahallul awal, setelah tahallul akhir maka semua larangan ihram sudah tidak berlaku. Begitu juga untuk pasangan suami istri sudah diperbolehkan berjima dan tidak akan membatalkan haji.

Sederhananya seorang jamaah haji boleh melakukan tahallul akhir jika sudah melaksanakan seluruh rukun haji. Jika tahallul tsani dilakukan sebelum menyelesaikan rukun haji, maka ibadah hajinya akan dianggap batal atau tidak sah.

Pada dasarnya tata cara pelaksanaan ibadah haji adalah hal yang wajib dipelajari oleh setiap muslim sejak dini. Sehingga saat melaksanakan haji nantinya jamaah tersebut bisa menjadi haji yang mabrur.

Ketika mempelajari tata cara haji secara tidak langsung Anda juga sudah mempelajari rukun haji, sehingga dapat memahami pelaksanaan ibadah haji secara baik.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top