Niat mengganti puasa Ramadhan harus diucapkan pada malam hari agar kita bisa membayar hutang puasa yang sudah dimiliki di tahun sebelumnya.
Pada kondisi tertentu, seseorang tidak bisa menjalankan puasa Ramadhan. Mereka harus membayar fidyah atau mengganti puasa Ramadhan di hari yang lain.
Itulah kenapa disarankan untuk mengetahui niat mengganti puasa Ramadhan.
Dengan mengetahui niat dan tata cara mengganti puasa Ramadhan, kita bisa segera menggantinya saat sempat.
Dengan begitu, kewajiban yang dimiliki bisa ditunaikan dengan lebih mudah. Selain itu, juga akan mendapatkan pahala dalam jumlah yang banyak.
Anjuran untuk Mengganti Puasa Ramadhan
Mengganti puasa Ramadhan dianjurkan oleh banyak sekali ulama. Apalagi mengganti puasa Ramadhan dianggap wajib sesuai dengan dalil yang sudah berlaku. Anjuran ini muncul pada surat Al Baqarah 185.
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).
Seseorang yang sedang dalam kondisi tidak sehat atau sakit dan dalam perjalanan atau musafir.
Mereka wajib mengganti puasa sebanyak hari yang ditinggalkan.
Jadi, apabila tidak puasa selama 10, hari berarti mereka harus mengganti dengan jumlah hari yang sama.
Karena sudah ada pada Alquran, penggantian puasa hukumnya wajib. Semua orang harus menggantinya paling tidak setelah puasa Ramadhan selesai, atau menjelang puasa Ramadhan pada tahun berikutnya. Biasanya, seseorang harus mencicil puasa ini agar tidak merasa kesulitan.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan ketika akan membayar puasa Ramadhan.
Baca Juga : Hukum dan Cara Membayar Fidyah bagi Orang yang Meninggal
1. Mengingat Jumlah Utang Puasa
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengingat jumlah puasa yang tidak dilakukan.
Banyak dari umat Islam yang selalu lupa dengan hutang puasa yang sudah dilakukan.
Padahal, hal ini perlu dicatat agar ketika akan membayarnya tidak salah.
Jadi, pastikan untuk mengingat lebih dahulu kira-kira berapa utang yang sudah dilakukan ketika menjalankan puasa.
Apabila uangnya hanya beberapa saja, mungkin bisa langsung dibayar hingga lunas.
Tetapi, jika jumlahnya banyak bisa rawan mengalami lupa.
Itulah kenapa, ketika akan menjalankan puasa Ramadhan lebih baik untuk dicatat.
Jadi, ketika tidak menjalankan puasa Ramadhan atau melakukan utang bisa langsung membayar dengan jumlah yang tepat dan tidak ada tanggungan sama sekali.
2. Mengganti Secara Perlahan
Ada baiknya untuk melakukan proses penggantian secara perlahan-lahan.
Apabila memiliki utang jumlahnya banyak semisal 10.
Jangan langsung mengganti dalam satu atau dua minggu saja. Tetapi, jalankan beberapa bulan setelah Ramadhan selesai.
Dengan melakukan ini, seseorang tidak akan merasa kesulitan. Mereka langsung bisa mengganti jumlah puasa yang tidak dilakukan secara langsung. Jadi, begitu puasa Ramadhan tahun berikutnya tiba hutang puasanya sudah habis.
Hal semacam ini sering sekali terjadi, seseorang hanya menumpuk utang puasa lalu kesulitan untuk membayarnya menjelang puasa.
Jadi, lebih baik dibayar sedikit demi sedikit agar tidak merasa kesulitan dan akhirnya tidak bisa membayar lunas.
3. Lebih Diutamakan dari Puasa Sunnah
Membayar utang puasa Ramadhan lebih diutamakan daripada menjalankan puasa sunnah.
Itulah kenapa, apabila sedang menjalankan puasa untuk mengganti puasa Ramadhan tidak boleh digabung niatnya dengan niat dari puasa sunnah.
Puasa sunnah adalah puasa yang dijalankan di luar Ramadhan seperti Senin-Kamis, Daud, dan lainnya.
Apabila masih memiliki hutang puasa Ramadhan dalam jumlah banyak. Lebih baik untuk menyelesaikan seluruh utang-utangnya.
Setelah selesai baru bisa dilanjutkan dengan menjalankan puasa sunah lainnya. Dengan melakukan ini maka seluruh kewajiban yang dimiliki bisa ditunaikan dengan lebih mudah.
4. Dianjurkan Berurutan
Ketika ingin membayar puasa Ramadhan yang ditinggalkan. Sangat disarankan untuk melakukannya secara berurutan. Artinya, ketika menjalankan puasa bisa dilakukan setiap hari hingga akhirnya utangnya habis.
Tetapi beberapa ulama mengatakan jika anjuran ini tidak perlu diikuti karena belum ada hadits yang shahih. Namun, bisa juga dijalankan untuk memudahkan seseorang membayar puasa dan membuat mereka lebih terbiasa untuk menahan lapar.
Jadi, bisa disesuaikan dengan kebutuhan apakah akan dijalankan secara terus-menerus atau tidak. Yang paling penting seluruh utang puasa yang dimiliki bisa dijalankan dan tidak memiliki tanggungan sama sekali.
5. Jangan Mepet dengan Ramadhan
Usahakan untuk tidak dijalankan secara mepet. Apabila menjalankan utang puasa Ramadhan secara mepet, maka ada kemungkinan tidak bisa membayar seluruh utang yang dimiliki. Jadi lebih baik untuk dijalankan sejak jauh-jauh hari.
Baca Juga : Bagaimana Jika Telat Membayar Fidyah? Ini Hukumnya!
Ketentuan Mengganti Puasa Ramadhan
Ketentuan mengganti puasa Ramadhan bisa diikuti dengan menyimak beberapa poin berikut ini.
1. Niat pada Malam Hari
Niat mengganti puasa Ramadhan dianjurkan untuk dilakukan pada malam hari. Setelah menjalankan sholat isya, niat bisa langsung diucapkan sehingga esok hari tidak akan lupa.
Hal semacam ini sering sekali terjadi pada semua orang ketika mereka lupa untuk membaca niat. Padahal, mereka sudah bangun untuk melakukan sahur tetapi niatnya lupa jadi ibadah yang dilakukan tidak akan sah.
Itulah kenapa sangat di sarankan untuk langsung membaca niat sebelum tidur untuk menghindari adanya kesalahan.
Kalaupun nanti tidak bisa bangun pagi hari atau bangun pada saat subuh, puasa masih bisa dijalankan meski lupa sahur.
2. Tidak Digabung dengan Niat Puasa Lain
Meskipun mengganti, puasa Ramadhan ini tetaplah hal yang wajib dan harus dilakukan oleh semua orang. Itulah kenapa puasa wajib tidak bisa digabungkan niatnya dengan puasa sunah lainnya.
Apabila ingin menggabungkan puasa sunnah maka niatnya hanya dengan melakukan puasa sunnah saja. Sebaliknya, jika ingin melakukan puasa wajib walaupun membayar hutang, niatnya juga hanya niat puasa wajib.
Jika menggabungkan maka tidak akan siang atau dianggap makruh. Lebih baik menjalankan kewajiban yaitu dengan mengganti puasa Ramadhan yang tidak dilakukan sebelumnya.
3. Dijalankan Sesuai Jumlah Utang
Jalankan pembayaran hutang puasa Ramadhan sesuai dengan apa yang tidak dikerjakan. Itulah kenapa penting bagi seseorang untuk mengetahui kira-kira tidak menjalankan puasa Ramadhan dengan jumlah berapa di tahun sebelumnya.
Baca Juga : Hukum dan Cara Membayar Fidyah Ibu Hamil
Niat Mengganti Puasa Ramadhan
Bacaan niat mengganti puasa Ramadhan, bisa disimak dalam ulasan di bawah ini.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhana lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Berdasarkan niat di atas, terlihat dengan sangat jelas jika niat harus dilakukan pada malam hari.
Biasanya, dilakukan pada malam setelah menjalankan sholat isya. Selain itu, juga masih diperbolehkan pada pagi hari ketika akan melakukan sahur.
Setelah membaca niat, seseorang bisa langsung menjalankan puasa seperti biasa. Jadi, mereka bisa menahan puasa mulai dari pagi hari hingga akhirnya magrib. Setelah itu bisa menjalankan buka puasa.
Untuk menjalankan puasa ini biasanya dilakukan secara berurutan. Hal ini dianjurkan oleh beberapa ulama meski hadits shahihnya belum ada.
Jadi, apabila hutang puasa dilakukan berurutan maka untuk membayarnya juga dilakukan berurutan.
Meski demikian, walau tidak bisa melakukan itu secara berurutan tidak ada masalah sama sekali. Yang paling penting masih bisa membayar hutang puasa dengan baik.
Jadi, ketika puasa Ramadhan tiba hutang puasa nya sudah habis atau paling tidak sudah berkurang.
Selalu ingat untuk melakukan niat pada malam hari. Karena tidak sedang menjalankan puasa Ramadhan biasa kemungkinan besar banyak yang lupa.
Jadi, sangat disarankan untuk membuat alarm agar tidak lupa ketika akan menjalankan qadha puasa Ramadhan.
Niat mengganti puasa Ramadhan sebenarnya hampir sama dengan niat puasa Ramadhan. Hanya saja ada sedikit perubahan karena kita sedang membayar atau qadha. Selebihnya, tata cara puasa tetap sama dan harus diikuti sesuai dengan aturan yang berlaku.