Banyak Daerah Kekurangan Air Bersih dan Apa Sebabnya?

Mengapa masih banyak daerah kekurangan air bersih? Jawabannya beragam, diantaranya karena kondisi geologi dan karena perubahan iklim. Ini penjelasan lengkapnya.


Air bersih adalah salah satu hal yang bisa menentukan kelangsungan hidup manusia. Sayangnya, masih banyak daerah kekurangan air bersih dan berdasarkan keterangan dari WHO, di dunia bahkan lebih dari 2 miliar orang yang masih kesulitan untuk mengakses air bersih. 

Jumlah yang begitu besar ini diperkirakan masih akan terus meningkat akibat dari populasi yang terus bertambah dan faktor iklim. Kekurangan air bersih tentunya menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak negara di dunia. 

Bagaimana kekurangan air bersih ini bisa terjadi sedangkan 72% dari permukaan bumi ditutupi oleh air? Kurang lebih inilah jawabannya. 

Penyebab Banyak Daerah Kekurangan Air Bersih 

1.    Kondisi Geologi

Kondisi geologi bisa memberikan pengaruh terhadap ketersediaan air bersih di suatu wilayah. Bagaimana tidak, dalam ilmu Geografi dijelaskan bahwasanya batuan geologi memiliki fungsi yang salah satunya adalah menampung air sekaligus membawanya keluar dari tanah. 

Air yang keluar dari tanah inilah yang kemudian akan disebut dengan mata air. Pada intinya, kondisi geologi ini akan mengontrol keberadaan air tanah. Ambil contoh dalam hal ini adalah negara Arab. Sebagaimana yang sudah diketahui, negara Arab memiliki curah hujan yang rendah. 

Karena curah hujannya rendah, negara ini termasuk negara yang kering. Meskipun begitu, negara Arab memiliki batuan akuifer yang dapat menjadi sumber mata air sehingga masyarakat di sana masih bisa mendapatkan air bersih. 

Sekedar informasi, batuan akuifer itu adalah lapisan yang memiliki susunan yang bisa mengalirkan air sekaligus mengandung air. Lapisan ini pada umumnya mengandung batuan yang bisa melepaskan air dalam jumlah cukup banyak yang pada akhirnya bisa membentuk mata air. 

2.    Pencemaran

Alasan lain mengapa masih banyak daerah kekurangan air bersih ialah karena pencemaran. Pencemaran bisa dianggap sebagai masuknya zat polutan atau bahan pencemar ke dalam lingkungan yang membuat tatanan lingkungan berubah sekaligus membuat kualitas lingkungan jadi menurun. 

Zat pencemar ini biasanya disebut dengan limbah atau sampah. Yaitu, bahan buangan sebagai hasil dari suatu proses produksi dan keberadaannya bisa memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. 

Kalau berbicara soal pencemaran air secara spesifik, maka maksudnya ialah terjadinya penurunan kualitas air di suatu perairan seperti air tanah, danau, sungai dan laut. Pencemaran air ini bisa terjadi karena beberapa hal sebagai berikut:

  1. Penggunaan racun dalam penangkapan ikan
  2. Adanya partikel tanah yang tercampur dalam air sebagai akibat dari adanya erosi
  3. Pembuangan limbah baik limbah industri maupun limbah rumah tangga

Air yang mengalami pencemaran tentunya tidak layak untuk dikonsumsi. Pasalnya, dalam air tersebut terdapat bahan kimia, virus, bakteri serta bahan polutan lain yang membuat air tidak bersih dan tidak berkualitas. 

Jika air yang tercemar ini dipaksa untuk dikonsumsi, tentu akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan. 

3.    Terjadinya Perubahan Iklim

Lebih lanjut lagi, perubahan iklim turut membuat banyak daerah jadi kesulitan mengakses air bersih. Bagaimana iklim bisa memberikan pengaruh tersebut? Untuk ini mari bahas lagi ilmu Geografi, lebih tepatnya pada pembahasan soal siklus air atau siklus hidrologi. 

Dalam siklus air tersebut akan dijelaskan bagaimana hujan bisa terbentuk dan pada akhirnya kembali ke tanah secara berulang. Dalam siklus tersebut pula, ada yang namanya presipitasi. Singkatnya, presipitasi ini adalah hujan. 

Namun presipitasi terdiri atas beberapa jenis, dan hujan air adalah salah satunya. Jenis presipitasi yang lainnya ialah hujan es, salju dan virga. Apabila iklim sampai berubah, otomatis pola presipitasi juga akan ikut berubah. 

Perubahan pada pola presipitasi ini bisa mengakibatkan kekeringan dan juga bisa mengakibatkan banjir. Baik kekeringan maupun banjir sama-sama bisa membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Kalau terjadi kekeringan, maka sumber air tidak bisa digunakan. 

Sedangkan kalau terjadi banjir, sumber air akan tercemar. Selain itu, iklim yang berubah bisa mengakibatkan air laut menjadi naik sehingga masuk ke dalam sumber air tawar. Kalau hal ini sampai terjadi, sudah tentu air tersebut menjadi tidak layak dikonsumsi. 

Tidak Ada Infrastruktur yang Memadai

Masalah infrastruktur juga bisa membuat banyak daerah mengalami kekurangan air bersih. Untuk mengatasi masalah krisis air, sebenarnya sudah ada solusi yang dinilai efektif. Diantaranya ialah pembuatan sumur, pembuatan tempat penampungan air dan pembuatan waduk. 

Dari pembuatan tempat penampungan air seperti ini, kemudian akan dibuat irigasi guna menyalurkan atau mendistribusikan air tersebut ke masyarakat. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwasanya untuk membangun serta memelihara infrastruktur tersebut dibutuhkan dana yang jumlahnya besar. 

Selain itu, pembangunan dan pemeliharaan ini juga harus dilakukan oleh sumber daya yang terampil. Masalahnya adalah negara berkembang bisa saja tidak memiliki dana untuk melakukan itu semua yang membuat masyarakatnya masih kesulitan mengakses air bersih. 

Negara di Dunia dan Daerah di Indonesia yang Kekurangan Air Bersih

Berdasarkan data dari Aqueduct Water Risk Atlas yang berasal dari World Resources Institute, diketahui bahwasanya ada banyak negara yang berisiko tinggi mengalami krisis air bersih yang sangat parah. Negara-negara tersebut diantaranya sebagai berikut. 

  1. Negara Qatar yang curah hujannya hanya sekitar 82 mm, tetapi negara ini justru termasuk negara yang konsumsi air bersihnya berlebihan. Bahkan tingkat penggunaan air domestik negara ini adalah yang tertinggi di dunia dengan rata-rata 430 liter air untuk setiap rumah tangga
  2. Negara Israel, yang walaupun memiliki teknologi serta melakukan praktik pengelolaan air paling baik di dunia juga termasuk dalam daftar negara yang berisiko tinggi mengalami krisis air bersih
  3. Negara Lebanon yang diketahui kehilangan air dalam jumlah tidak terhitung, mengalami pemadaman listrik serta terus menerus dan kurangnya pemeliharaan terhadap sistem pengelolaan air nasional
  4. Negara Iran yang curah hujannya juga rendah. Diketahui bahwa negara ini menggunakan air tanah hingga 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pengisian ulang secara alami
  5. Negara Yordania yang berpotensi mengalami krisis akibat berkurangnya sungai serta sumber air alami. Pasokan air di sana diketahui berasal dari akuifer yang justru dieksploitasi secara berlebihan. Belum lagi dengan masalah perubahan iklim yang bisa membuat keadaan menjadi lebih rumit
  6. Negara Libya yang curah hjannya juga sangat rendah. Masyarakat yang hidup di sana sangat bergantung pada akuifer bawah tanah agar bisa mendapatkan air bersih. Sumber daya air yang ada juga dikelola dengan cara yang salah dan masih banyak masalah lain yang membuat negara ini berpotensi mengalami kekurangan air

Lalu bagaimanakah dengan Indonesia? Indonesia juga sebenarnya berpotensi mengalami kekurangan air bersih. Daerah-daerah di Indonesia yang sering mengalami krisis air bersih ini diantaranya adalah Nusa Tenggara, Bali dan Pulau Jawa. 

Sebenarnya, pada musim penghujan, ketersediaan air di ketiga wilayah ini bisa dikatakan sangat melimpah, bahkan jauh melebihi jumlah yang dibutuhkan. Sayangnya, di musim kemarau, ketiga daerah ini justru mengalami kekeringan. 

Di mana jumlah air justru berada jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan. Meskipun begitu, ada faktor lain yang membuat banyak daerah kekurangan air bersih. Diantaranya ialah daya dukung serta daya tampung sumber air yang rendah, perubahan iklim dan sejumlag faktor lainnya. 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top