Asal usul mudik di Indonesia disebutkan sudah dimulai sejak zaman Kerajaan Majapahit serta Mataram Islam yang dilakukan oleh pejabat kerajaan yang bertugas di daerah.
Setelah mudik sempat dilarang akibat pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu, tahun ini pemerintah sudah mengizinkan masyarakat untuk melakukan tradisi ini kembali.
Namun terkait mudik, ada satu pertanyaan menarik, sebenarnya tradisi mudik sejak kapan dimulai dan bagaimana asal usul mudik?
Memang sepertinya ini bukanlah pembahasan yang penting. Hanya saja, tradisi ini sangat menarik dan begitu dinantikan oleh banyak orang khususnya sesaat sebelum lebaran, liburan serta tahun baru.
Pada momen-momen inilah mereka yang berada di perantauan berusaha untuk kembali ke kampung halaman.
Demi bisa kembali, tidak jarang dari mereka yang rela antri membeli tiket, berdesak-desakan di dalam transportasi umum bahkan panas-panasan di jalan terutama saat macet. Terlepas dari berbagai pengorbanan tersebut, mari simak mengapa ada mudik di Indonesia ini.
Sejarah atau Asal Usul Mudik di Indonesia
1. Mudik Disinyalir Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit dan Mataram Islam
Mengenai kapan dimulainya tradisi mudik, ini tidak diketahui secara pasti. Hanya saja, ada referensi yang menerangkan bahwasanya tradisi kembali ke kampung halaman ini sudah ada bahkan sejak zaman Majapahit serta zaman Mataram Islam.
Pada masa itu, Majapahit menguasai banyak sekali wilayah di Indonesia bahkan hingga mencapai Sri Lanka serta Semenanjung Malaya. Karenanya, kerajaan kemudian mengirim para pejabatnya ke berbagai wilayah kekuasaan tersebut agar menjaga wilayah yang dimaksud.
Pada suatu ketika, para pejabat ini akan kembali menuju pusat kerajaan. Tujuannya tidak lain untuk berkunjung ke kampung halaman sekaligus menghadap raja. Hal inilah yang kemudian dihubung-hubungkan dengan fenomena mudik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, mudik tidak hanya berawal dari Majapahit, namun juga berawal dari Mataram Islam. Pada masa itu, pejabat Mataram Islam yang bertugas di daerah kekuasaannya juga melakukan mudik.
Hal ini dilakukan khususnya ketika Idul Fitri. Sama seperti yang dilakukan oleh pejabat Kerajaan Majapahit, pejabat Kerajaan Mataram Islam juga melakukan mudik yang salah satu tujuannya adalah untuk menghadap raja.
Kurang lebih inilah asal usul mudik khususnya di Indonesia.
Selain cerita tentang para pejabat kerajaan ini, dikisahkan bahwa orang-orang yang hidup di masa tersebut akan melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya.
Tujuannya ialah untuk membersihkan makam leluhur sekaligus juga meminta keselamatan serta rezeki dari leluhurnya.
2. Asal Usul Mudik Sesuai dengan Asal Bahasanya
Sejarah mudik tentunya juga berhubungan dengan asal mula istilah tersebut. Kalau dalam bahasa Betawi, dikenal istilah milir atau yang merupakan perjalanan menuju ke hilir.
Namun selain itu, milir juga dianggap sebagai berangkat menuju kota untuk mencari nafkah atau sesuap nasi.
Selain ada istilah milir, ada juga istilah milir mudik. Arti dari istilah ini sama dengan bolak-balik yang kalau dijabarkan lebih jauh maknanya adalah pulang dari kota atau Batavia dan menuju ke desa, yang terjadi terus berulang kali.
Kemudian, ada pula yang menyebutkan bahwasanya mudik itu asalnya dari bahasa Jawa Ngoko. Dalam bahasa ini, dikatakan bahwa mudik ialah singkatan dari mulih dilik yang maksudnya adalah pulang sebentar setelah merantau.
Konon, mudik juga berasal dari bahasa Melayu yaitu udik dan maknanya adalah menuju atau pulang kampung. Kata ini memang sudah biasa dipakai oleh masyarakat Melayu yang dulunya tinggal di daerah hulu sungai.
Pada masa itu, masyarakat hulu sungai ini sering melakukan perjalanan ke daerah hilir dengan memanfaatkan biduk atau perahu. Mereka melakukan perjalanan tersebut untuk melakukan pekerjaan dan setelah pekerjaannya selesai, maka mereka kembali ke hulu saat sore hari.
Baca Juga : Tips Mudik Bawa Bayi dan Barang yang Harus Disiapkan
3. Populernya Istilah Mudik di Indonesia
Istilah mudik ini sendiri kalau di Indonesia baru dikenal pada tahun 1970-an. Kala itu, istilah mudik yang dikenal disangkut-pautkan dengan lebaran sehingga penyebutannya menjadi mudik lebaran.
Pada tahun 1970-an tersebut, Jakarta merupakan kota yang berkembang dengan pesat.
Pada masa itu juga, sistem pemerintahan yang terpusat di Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia memiliki banyak kemajuan dibandingkan dengan kota yang lainnya.
Ini menjadi daya tarik Jakarta sehingga lebih dari 80% para urbanis berdatangan untuk mencari pekerjaan.
Selain Jakarta, pembangunan juga dilakukan di pusat pertumbuhan di kota-kota besar, tiga diantaranya adalah Medan, Bandung dan Surabaya. Ketiga daerah ini juga menjadi tujuan bagi para urbanis yang ingin mengadu nasib.
Mereka yang sudah bekerja di kota biasanya baru bisa menikmati libur panjang hanya saat momen lebaran.
Libur yang cukup panjang ini kemudian dimanfaatkan oleh para perantau untuk pulang ke kampung halamannya dan hal ini menjadi tradisi yang masih terus ada sampai saat ini,
Pemerintah sendiri kemudian memberikan dukungan pada tradisi mudik, salah satunya dengan meningkatkan sarana prasarana. Selain itu, media juga ikut andil dalam memberitakan kapan kiranya arus mudik serta arus balik terjadi.
Alasan Umum Orang Melakukan Mudik
Walaupun ada yang menyebutkan bahwa mudik itu merupakan istilah yang hanya digunakan saat menjelang idul fitri, namun ada juga juga yang menyebutkan mudik bisa dilakukan kapan saja.
Asalkan perjalanan yang dilakukan menuju ke kampung halaman, ini sudah bisa disebut dengan mudik.
Dalam cerita asal usul mudik di atas, sebenarnya sudah terlihat beberapa alasan orang zaman dulu melakukan mudik. Namun untuk masyarakat yang hidup di masa sekarang, kurang lebih alasan mereka masih melakukan tradisi ini sebagai berikut:
1. Rindu dengan Keluarga
Ini adalah salah satu alasan yang paling umum disampaikan oleh mereka yang melakukan mudik. Dengan alasan ini, tidak sedikit orang yang rela untuk menempuh perjalanan panjang hanya agar bisa bertemu dengan keluarga besar di kampung halaman.
Alasan ini pula yang menjadikan mudik wajib dilakukan. Sebab, selain momen lebaran idul fitri, tahun baru atau liburan panjang, belum tentu mereka bisa melakukannya.
2. Menikah
Walaupun sebenarnya menikah itu bisa dilakukan di mana saja, akan tetapi tidak sedikit orang yang lebih memilih menikah di desa atau di kampung halamannya.
Sebab, menikah di kampung halaman seperti ini membuat calon pengantin tidak akan kesepian karena ada keluarga yang akan menemani di sana.
Melangsungkan pernikahan dengan ditemani oleh saudara tentunya akan membuat suasana sakral menjadi lebih hangat.
Baca Juga : Inspirasi Kata-Kata Mudik di Instagram, WA, dan Lainnya
3. Ada Keluarga yang Memiliki Hajat
Ada keluarga yang memiliki hajat juga merupakan alasan lain seseorang melakukan mudik. Apapun hajatnya, tidak jarang mereka yang berada di perantauan rela untuk cuti sejenak agar bisa ikut meramaikan hajat tersebut.
Hal ini dilakukan tidak lain karena untuk menghormati anggota keluarga yang menyelenggarakan hajat tersebut.
4. Ada Keluarga yang Sakit atau Meninggal Dunia
Walaupun ini tidak termasuk hal yang diinginkan, namun adanya anggota keluarga yang sakit atau meninggal dunia juga menjadi salah satu alasan kuat seseorang melakukan mudik.
Hal ini terjadi karena banyak yang beranggapan bahwa berkumpulnya anggota keluarga akan memberikan pengaruh baik.
Hal ini dapat mendorong seseorang yang sakit agar lekas pulih kembali. Sedangkan bagi anggota keluarga yang meninggal, ini sebagai salah satu bentuk rasa belasungkawa dan rasa turut berduka cita.
Seperti yang sudah disampaikan, asal usul mudik merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Begitu pula dengan alasan beragam orang yang melakukannya.
Terlepas dari hal itu, jika Anda melakukan tradisi yang satu ini, pastikan untuk mengikuti panduan aman melakukan mudik agar selamat di jalan ya.