BeritaPendidikanSosok Mulia

Lia Guru SLB dan Sanggar Genius Yatim Mandiri, Untaian Dedikasi Mendidik dengan Hati

Mojokerto, YM News — Dalam dunia pendidikan, tentu terdapat peran guru yang penting di dalamnya. Guru merupakan salah satu pahlawan tanpa tanda jasa yang sering disebutkan oleh masyarakat. Namun, disisi lain terdapat sekelompok guru yang dedikasinya sering dilupakan. Mereka adalah guru-guru yang mengabdi di Sekolah Luar Biasa (SLB). Mereka bekerja keras memberikan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satunya adalah Lia Kurniati, salah satu guru sanggar Genius Yatim Mandiri dan guru di SLB Smart School Pacet.

Perempuan yang kerap disapa Lia ini mengatakan bahwa ia memiliki ketertarikan menjadi seorang guru. Menurutnya, dengan menjadi guru Lia dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Tidak hanya itu, Lia ingin turut aktif dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. “Saya senang membantu adik-adik dalam belajar,” ujarnya.

Lia memulai karirnya dalam menjadi seorang guru sejak tahun 2014. Kala itu, di tahun 2014 Lia menjadi seorang guru pendamping drumband. Kemudian, di tahun 2015 ia mendapatkan tawaran untuk menjadi guru SLB Smart School hingga saat ini. Pengabdiannya dilanjutkan dengan bergabungnya Lia menjadi guru Sanggar Genius Yatim Mandiri sejak tahun 2017 sampai sekarang.

Perempuan berumur 34 tahun ini mengaku banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menjadi guru SLB. Lia sempat mengajar tanpa gaji sepeser pun ketika menjadi guru SLB dari tahun 2014 hingga 2018. Hal tersebut dikarenakan murid-murid istimewanya di SLB merupakan mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. “Saya tidak  mempermasalahkan hal tersebut, saya tulus dalam membantu adik-adik hingga bisa berkembang dan mandiri secara pribadi,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Dalam menjadi guru SLB tentu saja Lia pernah mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Tidak jarang dari mereka meragukan kemampuan Lia dalam mendidik anak-anak dengan keistimewaan tersebut. Selain itu, masyarakat juga pernah berkata negatif terhadap kandungan Lia saat ia sedang hamil. “Saya berusaha untuk tidak mendengarkan perkataan masyarakat tersebut, dengan dukungan keluarga saya bisa melewatinya,” tuturnya dengan sedikit meneteskan air mata.

Dengan penuh kesabaran, Lia terus mendampingi anak-anak agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, temannya, hingga melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Lia sangat senang ketika mendapat respon positif dari para wali murid yang mengatakan perkembangan anaknya.  “Perkembangan dari murid-murid tersebut ini menjadi semangat bagi saya,” jelasnya.

Lia mengaku sebagai manusia biasa ia juga pernah mengalami rasa capek dan jenuh. Akan tetapi, ketika ia melihat anak-anak SLB, ia tidak bisa meninggalkan anak-anak tersebut. Lia merasa masih memiliki tanggung jawab untuk membantu dan mendidik mereka. Lia masih sangat ingin mendampingi murid-murid tersebut. “Saya merasa senang bisa mendampingi dan melihat tumbuh kembang mereka,” kata Lia.

Lia Saat Menjemput Murid Sanggar Genius Sebelum Memulai Pembelajaran

Disisi lain, menjadi seorang guru Sanggar Genius Yatim Mandiri juga memberi tantangan khusus bagi Lia. Sejak bergabung di tahun 2017 hingga saat ini, Lia kerap mengantar jemput adik-adik sanggar ketika sebelum dan selesai kegiatan belajar mengajar. “Oleh karena itu, biasanya saya pagi ngajar dulu di SLB, kemudian jam 1 lanjut untuk jemput adik-adik sanggar buat belajar dan nantinya juga mengantarkan mereka, setelah itu baru saya pulang ke rumah,” ujarnya.

Lia tidak mempermasalahkan jika harus mengantar jemput adik-adik sanggar. Lantaran banyak dari mereka yang semangat untuk belajar namun memiliki rumah yang jauh dari tempat sanggar dan tidak ada keluarga yang bisa mengantar. “Karena mereka sudah sangat semangat belajar, sehingga saya membantunya untuk bisa tetap belajar di sanggar meskipun rumahnya jauh,” jelasnya.

Dalam rangka hari pahlawan ini, Lia memberi semangat untuk untuk para pahlawan tanpa gelar di luar sana khususnya para guru. Tidak hanya itu, Lia juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak menyudutkan anak-anak berkebutuhan khusus. “Justru seharusnya kita merangkul mereka, agar mereka memiliki semangat untuk terus belajar melanjutkan pendidikan dan mandiri di kehidupan pribadinya,” pungkas Lia dengan senyum ikhlasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *