Pernahkah Sahabat bertanya-tanya tentang makan bahagia dalam Al-Qur’an? Sebenarnya, bagaimana arti bahagia yang sesungguhnya?
Tak dapat dipungkiri, cobaan yang datang bertubi-tubi terkadang membuat kita merasa sengsara dan tidak bahagia.
Bahayanya, perasaan ini bisa bermuara dan menjerumuskan kita dalam keputusasaan. Padahal, rahmat dan nikmat Allah SWT tak pernah terputus.
Nah, agar kita tidak putus asa dan bisa merasakan nikmat yang diberikan Allah SWT, mari maknai apa itu bahagia dalam arti yang sesungguhnya. Yuk, simak!
Apa Makna Bahagia dalam Al-Qur’an?
Selama ini, bagaimana Sahabat mendefinisikan sebuah kebahagiaan? Apakah ketika bisa traveling? Atau ketika mendapatkan hadiah dari orang terdekat? Atau ketika bisa tidur dengan nyenyak?
Tidak salah, kita memang bisa mendefinisikan kebahagiaan berdasarkan perspektif masing-masing, mengingat bahagia berkaitan dengan emosi yang sifatnya personal.
Namun, tahukah Sahabat apa hakikat bahagia yang sesungguhnya? Jika dilihat dari penjelasan sebelumnya, kita cenderung mengartikan kebahagiaan hanya sebatas rasa senang di dunia.
Hal ini tentu berbeda dengan makna bahagia dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an mendefinisikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Nah, untuk artinya sendiri, Al-Qur’an menjelaskan makna bahagia melalui beberapa istilah, dua di antaranya yaitu sa’adah dan falah. Berikut penjelasannya:
1. Makna Sa’adah (Kebahagiaan)
Merujuk pada laman tafsiralquran.id, kata sa’adah dalam Al-Qur’an kerap kali disandingkan dengan kata syaqawah yang berarti kesengsaraan.
Artinya, sa’adah (kebahagiaan) adalah lawan kata dari syaqawah (kesengsaraan). Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam surat Al-Hud ayat 105:
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيد
“Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.”
Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa manusia bisa merasakan dua emosi yang bertentangan, yaitu antara bahagia atau sengsara.
Dalam konteks ini, bahagia yang diambil dari kata sa’adah diartikan sebagai suatu pertolongan kepada manusia untuk mendapatkan kebaikan dan digambarkan dengan ekspresi tertawa, tersenyum, dan ekspresi yang berseri-seri.
Lebih dari itu, rasa bahagia juga dikaitkan dengan hati yang tenang dan jiwa yang aman. Sebaliknya, kesengsaraan di sini digambarkan dengan tangisan dan ekspresi muram.
2. Makna Falah (Kebahagiaan)
Selanjutnya, bahagia dalam Al-Qur’an dijelaskan dengan istilah falah. Diketahui, istilah ini memiliki makna yang lebih dalam.
Istilah falah menggambarkan kebahagiaan sebagai suatu keberuntungan, dan memperoleh kemenangan.
Lebih dari itu, konteks kebahagiaan dari istilah falah merujuk pada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Artinya, kebahagiaan yang dimaksud di sini tidak hanya menyangkut soal kebahagiaan di dunia tapi juga kebahagiaan di akhirat yang sifatnya kekal.
Adapun bentuk kebahagiaan duniawi yang dimaksud, yaitu kesehatan, panjang umur, dan keberkahan umur.
Sementara itu, bentuk kebahagiaan ukhrawi yang sifatnya lebih kekal, yaitu kemuliaan tanpa hina dan pengetahuan tanpa kebodohan.
Nah, hanya orang-orang beriman yang beruntung yang bisa mendapatkan semua bentuk kebahagiaan tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Mu’minun ayat 1:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”.
Cara Mendapatkan Kebahagiaan
Tidak ada salahnya kita mencari kebahagiaan di dunia, tapi perlu diketahui bahwa bahagia di dunia sifatnya hanya sementara.
Jadi, sebagai muslim yang beriman, alangkah baiknya jika kita tidak hanya mengejar kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga di akhirat. Bagaimana caranya?
Merujuk pada buku “Rahasia Nama dan Sifat Al-Qur’an” oleh Zainal Abidin Al-Habsyi, Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa kunci kebahagiaan adalah mempelajari Al-Qur’an.
ِِنْ أَرَدْتُمُ عَيْشَ السُّعَدَاءِ ، وَمَوْتَ الشُّهَدَاءِ ، وَالنَّجَاةَ يَوْمَ الحَسْرَةِ ، وَالظَّلَّ يوم الحَرُورِ ، وَالهُدَى يومَ الضَّلَالَةِ ، فَادْرُسُوا القُرْآنَ : فَأَنَّه كلامُ الرَّحْمَانِ، وَحِرْزُ مِنَ الشَّيْطَانِ ، وَ رُبْحَانٌ فِي المِيزَانِ.
“Jika kalian menginginkan kehidupan orang-orang yang bahagia, kematian para syuhada, keselamatan di hari penyesalan, naungan di hari yang panas dan petunjuk di hari kesesatan maka hendaknya kalian mempelajari Al Qur’an karena sesungguhnya ia adalah Kalam Allah Yang Maha Rahman, perisai dari setan dan pemberat (amalan) di timbangan.”
Selain mempelajari Al-Qur’an, berikut beberapa cara yang bisa Sahabat lakukan untuk mendapatkan kebahagiaan:
- Selalu bersyukur
- Optimis
- Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain
- Membantu saudara yang kesulitan
- Perbanyak bersedekah
- Senantiasa selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT
Demikian penjelasan mengenai apa makna bahagia dalam Al-Qur’an dan bagaimana cara mendapatkannya.
Jika disimpulkan, bahagia menurut Al-Qur’an tidak hanya menyangkuat soal dunaiwi saja, melainkan juga bahagia di akhirat.
Sebab, bahagia di dunia hanya bersifat sementara, sedangkan bahagia di akhirat sifatnya kekal.
Oleh karena itu, umat muslim dianjurkan untuk tidak hanya mengejar bahagia di dunia, tapi juga di akhirat.
Jika ditinjau dari makananya, arti bahagia dalam Al-Qur’an mencakup ketenangan, keberuntungan, kemenangan, dan perasaan senang.
Nah, kunci untuk mendapatkan itu semua adalah mempelajari Al-Qur’an dan melakukan amal kebaikan, salah satunya bersedekah dan jadi bermanfaat untuk orang lain.
Sedekah bisa dimulai kapan saja dengan nominal berapapun, asalkan Sahabat ikhlas. Biar lebih mudah, Sahabat bisa sedekah di platform donasi Yatim Mandiri.
Sebagai lembaga yang manah, Yatim Mandiri akan memastikan sedekah Sahabat sampai ke tangan yang tepat.
Tunggu apalagi? Mulai sedekah sekarang!