Surabaya, YM News – Menjadi orang tua tunggal bukanlah sebuah keinginan dari semua orang. Namun apabila keadaan memaksa seseorang untuk menjadi orang tua tunggal, maka ia tidak dapat menghindari hal tersebut. Hal tersebut dirasakan oleh Dwi Estri Cahyani. Seorang bunda yatim yang telah ditinggal oleh suaminya.
Perempuan kelahiran Banyumas ini telah ditinggal oleh suaminya sejak tahun 2021. Almarhum suami meninggal karena covid-19. Kala itu ia berada di posisi yang tidak bekerja. Dan anaknya masih berada di bangku kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Ia dan anaknya tidak menyangka akan kehilangan sosok suami dan ayah secepat ini.
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu pengalaman menyedihkan dan terburuk. Kondisi tersebut membuat Dwi harus kehilangan sosok suami yang ia cintai. Almarhum suami Dwi positif covid-19. Semua telah diusahakan, Qadarullah kondisi Almarhum justru malah menurun hingga akhirnya Allah SWT memanggilnya.
Dwi merasa begitu sakit ketika ditinggal oleh Alm. Suami. Ia bingung harus memulai semuanya dari mana. Namun, ia tidak ingin terus larut dalam kesedihan. Dwi harus bisa kuat menghadapi cobaan yang ada karena ada anak yang harus ia perjuangkan. Dwi terus menerus menguatkan dirinya sendiri. “Jika saya lemah, maka bagaimana nasib anak saya,” ujarnya.
Perempuan kelahiran ini 1984 ini juga terus menguatkan anaknya. Dwi yakin bahwa anaknya juga mengalami kesakitan dan kesedihan seperti yang ia rasakan. Ia tiada henti selalu memberi semangat dan motivasi kepada sang anak bahwa semuanya adalah takdir Allah SWT.
Awalnya Dwi tidak tahu harus melanjutkan kehidupan dengan cara apa. Ia yang kala itu tidak bekerja, hanya mengandalkan uang tabungan untuk melanjutkan kehidupannya dengan anaknya. Namun, mau tidak mau ia harus berpikir sebuah cara agar dapat terus bertahan hidup dan terus menyekolahkan putri semata wayangnya. “Saya tidak ingin jika anak saya harus putus sekolah,” ujar Dwi.
Setelah mulai menerima kehidupan baru yang harus ia jalani ini, Dwi berpikir bahwa tidak mungkin ia hanya mengandalkan uang tabungannya saja, sedangkan masa depan anaknya masih panjang dan masih membutuhkan biaya sekolah. Disisi lain, Dwi juga tidak mungkin meninggalkan anaknya sendiri di rumah. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mencoba membuka usaha yang dapat dijalankan dari rumah.
Memanfaatkan uang sisa tabungan yang ada, ia nekat membangun usaha warung kecil-kecilan. Ia menjual bahan-bahan sembako yang dibutuhkan oleh warga sekitar seperti beras, minyak goreng, kopi, gula, mie, dan lain sebagainya. Walaupun ia tahu bahwa penghasilan yang didapatkan dari berjualan ini tidak begitu banyak, tapi ia yakin kepada Allah SWT bahwa-Nya akan selalu mencukupkan dan memberi rezeki kepada seseorang yang mau berusaha.
Dalam perjalanannya tentu saja warung sembako yang dibuatnya tidak selalu melulu ramai. Jika ramai ia dapat menghasilkan 200 hingga 300 ribu rupiah dalam satu hari. Sedangkan jika sepi ia terkadang hanya mendapatkan 50 ribu rupiah dalam sehari. “Tapi saya selalu bersyukur berapapun penghasilan yang saya dapatkan dari hasil jualan di warung saya,” tuturnya.
Merasa kurang jika hanya mengandalkan penghasilan dari hasil jualannya di warung. Dwi kemudian berpikir untuk menambah usaha yang dapat menambah pemasukkan. Tentu saja bisnis yang dapat ia jalankan dari rumah. Hingga suatu ketika ia memutuskan untuk membuka usaha jasa pembuatan parcel hantaran dan bouquet.
Sebenarnya Dwi tidak memiliki bakat atau pengalaman sama sekali dalam pembuatan jasa parcel ini. Ia juga tidak pernah mendapatkan pelatihan mengenai hal ini. Namun dengan sifatnya yang pantang menyerah dan berani untuk mencoba sesuatu yang baru, ia nekat untuk mencoba membuatnya.
Merasa bahwa hal ini dapat dikembangkan dan dijadikan sebuah usaha baru, Dwi kemudian mempromosikan parcel-parcel buatannya melalui media sosial. Sedikit demi sedikit usahanya mulai dikenal oleh masyarakat. Dwi pun mulai mendapat banyak pesanan.
Namun seperti para pemilik usaha pada umumnya. Usaha parcel ini juga tidak selalu ramai. Adakalanya ia juga tidak mendapatkan pesanan. Namun ia tetap telaten untuk mempromosikannya ke media sosial yang ia miliki.
Dwi berharap dari dua usahanya ini ia dapat melanjutkan kehidupannya dan anaknya. Ia berharap semoga warungnya bisa lebih berkembang lagi, lebih besar, dan lebih lengkap. Dan untuk usaha parcelnya ia juga berharap agar jasanya semakin dikenal masyarakat hingga makin banyak pula pesanan yang masuk.
Dwi menyebutkan bahwa kini cita-citanya hanyalah satu. Ia ingin menyekolahkan putrinya setinggi mungkin. Ia berharap agar masa depan putrinya jauh lebih baik dibanding dengan kehidupannya saat ini. “Semoga putri saya dapat diangkat derajatnya dan mengangkat derajat orang tuanya,” tuturnya.
Dalam menjadi orang tua tunggal, Dwi merasa sangat terbantu ketika ia menjadi penerima manfaat dari Yatim Mandiri. Mulanya ia tidak mengetahui sama sekali tentang Yatim Mandiri. Sampai suatu ketika ia dikenalkan oleh Ibu RT setempat dengan Yatim Mandiri. Awalnya ia tidak percaya bahwa Yatim Mandiri dapat memberi bantuan. Namun, ia tetap ingin membuktikan rasa penasarannya. “Dan ternyata Yatim Mandiri benar-benar dapat membantu saya,” ungkapnya.
Dwi menceritakan bahwa ia mendapatkan bantuan modal dari Yatim Mandiri. Bantuan modal tersebut kemudian ia manfaatkan untuk mengembangkan bisnis warungnya. Tidak hanya bantuan modal saja, Dwi juga telah bergabung bersama salah satu program Bunda Bisa milik Yatim Mandiri.
Selama kurang lebih 3 tahun Dwi bergabung dengan Bunda Bisa. Dalam program Bunda Bisa ini telah banyak manfaat yang ia rasakan. Ia mendapatkan banyak ilmu baru, salah satunya ialah ilmu parenting. Ia diajarkan tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik dan efektif. Tidak hanya itu, dengan bergabung bersama Bunda BISA ia juga diajarkan mengenai cara berwirausaha. Khususnya dalam pembuatan dan penjualan telur asin.
Tidak hanya pengetahuan yang ia dapatkan, Dwi mengaku dengan bergabung ke dalam program Bunda BISA ia menjadi semakin optimis dalam menjalani hidup. Tidak hanya itu, ia juga semakin semangat untuk terus berkarya demi masa depan keluarganya. “Optimis saya semakin bertambah ketika saya bergabung dengan Bunda BISA,” jelasnya.
Selain ilmu dunia, Dwi mengaku juga mendapatkan ilmu agama. Ia juga diajarkan tentang bagaimana cara baca al-quran yang baik dan benar. “Banyak ilmu yang saya dapatkan ketika saya bergabung dengan program Bunda BISA,” ungkapnya.
Dwi berharap Yatim Mandiri dapat terus bermanfaat dan berkembang, semakin sukses, dan tambah maju. Tidak hanya itu, ia juga berharap Yatim Mandiri dapat semakin menolong orang-orang yang membutuhkan. “Saya berharap semoga Yatim Mandiri dapat terus menebar kebermanfaatan untuk yang membutuhkan,” pungkasnya dengan penuh harap.