Seret dan Sulit? Ini12 Penyebab Rezeki Seret Perlu Dihindari

Penyebab rezeki seret ada banyak macamnya. Kebanyakan orang kurang paham bahwa hal-hal sepele sehari-hari termasuk ke dalam penyebab seretnya rezeki.  


Secara umum, umat muslim mengetahui bahwa hanya Allah Maha pemberi rezeki dalam kehidupannya. Hanya saja, pada kondisi tertentu seringkali manusia merasakan apa yang diperolehnya tak cukup hingga pikirannya mencari berbagai penyebab rezeki seret.

Pada dasarnya, kaidah yang mengatur seret atau tidaknya rezeki terdapat dalam konsep Islam. Permasalahannya disini tidak hanya untuk mengetahui penyebab seretnya rezeki, namun lebih dari itu memahami dan menyadarinya adalah titik penting untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Apa Saja Penyebab Rezeki Seret?

Dari berbagai petunjuk dalam Al-quran dan hadist, Allah SWT telah menjamin untuk mencukupi berbagai kebutuhan hamba-Nya. Namun, Allah juga berhak dan mampu menahan rezeki tersebut bagi seseorang.

Untuk itu, alangkah pentingnya memahami konsep atau kaidah umum terkait rezeki serta berbagai penyebab rezeki seret bagi umat manusia. Dalam Islam, dosa dan maksiat sangat berkorelasi dengan rezeki yang diberikan Allah kepada seorang hamba.

Dimana semakin bertakwa seorang hamba, maka Allah akan semakin melimpahkan berkah-Nya. Hal ini telah ditegaskan dalam Surah Al-A’raf, ayat 96 yang berbunyi:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ

“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS Al-A’raf : 96)

Kemudian pada Surah dan ayat lainnya, hal tersebut semakin diperjelas:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (65) وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ (66)

Dan sekiranya ahli kitab beriman dan bertakwa, tentulah kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan-nya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS Al-Ma-idah: 65-66).

Ada juga pada Surah Ath-Thalaq ayat 2 dan 3, Allah Azza Wa Jalla menegaskan janjinya untuk memberikan rezeki bagi siapapun yang selalu menjaga dan meningkatkan ketakwaannya

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (3)

“(2) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (3) dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq: 2-3)

Dari berbagai ayat-ayat yang telah dimaktubkan, kiranya begitu jelas korelasi antara rezeki dengan tingkat ketaqwaan seseorang. Lalu, hal apa saja yang membuat rezeki seret? Berikut beberapa maksiat dan kebiasaan buruk penyebab seretnya rezeki seseorang:

1. Syirik

Syirik adalah salah satu perbuatan maksiat yang menjadi penyebab rezeki seret. Salah satu ulama yang menjelaskan hal ini adalah Syaikh Dr. Muhammad Khalil Al-Harras yang menyatakan bahwa sifat Ar-Razqu (Sang Maha Pemberi Rezeki) tidak boleh disematkan selain hanya kepada Allah semata.

Penyematan sifat tersebut kepada hal selain Allah tingkat larangannya sama dengan larangan penyematan Al-Khaaliq (Sang Maha Pencipta) kepada selain Allah. Dalil terkait hanya Allah sebagai satu-satunya pemberi rezeki tergambarkan secara jelas dalam Quran Surah Ar-Rum ayat 40 yang berbunyi:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Allah-lah yang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian (kembali). Adakah di antara yang kalian sekutukan dengan Allah itu, yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan” (Ar-Rum: 40).

Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah meniadakan Sang Maha Pemberi Rezeki selain diri-Nya. Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk mengatur hal tersebut. Jadi, adalah kewajiban tiap makhluk untuk selalu bersandar hanya kepada Allah.

2. Kufur Nikmat

Perbuatan maksiat yang satu ini merupakan kebalikan dari perbuatan mensyukuri nikmat. 

Rasa syukur ini sendiri adalah suatu perbuatan yang menunjukkan berbagai pengaruh dari nikmat yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya, dimana hati dan keimanan ikut dilibatkan dalam menampakkan rasa syukur tersebut.

Seseorang dapat dikategorikan bersyukur bila memenuhi tiga unsur, yakni:

  • Hatinya selalu meyakini bahwasanya segala nikmat hanya berasal dari Allah SWT.
  • Lisannya selalu memuji kepada Allah
  • Setiap jengkal anggota tubuhnya senantiasa melakukan amal sholeh

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz menegaskan bahwa adalah kewajiban bagi seorang hamba untuk memahami secara benar bahwasanya setiap nikmat yang didapatnya hanya berasal dari Allah SWT.

Tauhid yang sempurna sebagai hal yang utama dalam Islam tak akan mungkin terwujudkan tanpa adanya sikap yang menyandarkan tiap kenikmatan hanyalah kepada Allah.

Bila hal ini terjadi (kufur nikmat) maka tauhidnya jauh dari sempurna dan justru jatuh ke dalam kesyirikan yang membuat berbagai pintu rezeki tertutup untuk seorang hamba.

Dalam Al-Quran Surah Ibrahim ayat 7 ditegaskan bahwa dalam sikap mudah bersyukur dengan melibatkan kerendahan hati dan juga sadar bila semua rezeki, kesehatan, dan ilmu hanyalah berasal dari Allah akan semakin melimpahkan nikmat yang diberikan Allah.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim ayat 7).

3. Kikir atau Bakhil

Sangat jelas bagi seorang muslim bahwa hamba yang dihinggapi sifat kikir atau bakhil terhadap nikmat yang diberikan Allah akan dicabut dan dipersulit segala urusannya terkait rezeki. Allah dan Rasulnya yakni Nabi Muhammad SAW berulangkali mengingatkan efek dari sifat syaitan yang satu ini.

Hal tersebut salah satunya tertuang pada hadist Nabi yang diriwayatkan Muslim yang berbunyi :

و حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازِمٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ عَبَّادِ بْنِ حَمْزَةَ وَعَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْفَحِي أَوْ انْضَحِي أَوْ أَنْفِقِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَلَا تُوعِي فَيُوعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ عَبَّادِ بْنِ حَمْزَةَ عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا نَحْوَ حَدِيثِهِمْ

Rasulullah SAW bersabda: “Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu. Dan janganlah kikir, karena Allah akan kikir pula kepadamu.” (HR Muslim)

Di riwayat yang lain, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْفِقِي أَوْ انْضَحِي أَوْ انْفَحِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ

Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu.” (HR Muslim)

Jadi sangat jelas melalui hadist-hadist tersebut Rasulullah SAW mewanti-wanti akan bahaya sifat kikir ini. Salah satu balasan untuk sifat ini adalah perhitungan Allah dalam memberikan rezeki kepada hambaNya tersebut dan ini merupakan satu penyebab rezeki seret.

4. Menafikan Anak Yatim

Penyebab rezeki seret lainnya adalah perbuatan menafikan atau tidak memperhatikan anak yatim. Padahal baik Allah dan Rasulullah selalu mnyampaikan keutamaan dalam memperhatikan anak yatim ini. Pada beberapa seruan lainnya, Allah selalu menyertakan perhatian kepada fakir miskin juga. 

Salah satu dalilnya termaktub dalam Surah Al Baqarah ayat 220 yang berbunyi:

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ ٱلْمُفْسِدَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah: 220).

Bagi orang-orang yang menafikan atau juga menghardik anak yatim oleh Allah SWT dimasukkan ke dalam golongan pendusta agama. Pada Surah Al Maun ayat 1 hingga 3 Allah SWT menegaskan hal tersebut.

أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (1) فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ (3)

Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak yatim (2) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3)” (QS. Al Ma’un: 1-3).

5. Suka Makan Makanan Haram

Makanan yang masuk ke dalam tubuh menjadi salah satu syarat diijabahnya suatu doa dan merupakan satu prasyarat diberikannya keturunan sholih dan sholihah. Ini tentu berkaitan dengan dengan konsep rezeki.

Tubuh yang di dalamnya dimasuki oleh makanan dari hasil yang haram, tentu tidak akan mendapatkan ijabah atas doa yang dipanjatkan sehingga secara tidak langsung pintu rezeki akan ikut tertutup karenanya.

Tak hanya dari bentuk makanan yang haram, cara perolehan makanan yang haram juga bisa dikategorikan sebagai makanan yang haram meskipun wujud makanan tersebut halal adanya. Cara perolehan seperti dari mencuri, korupsi, merampok, menyuap, dan sejenisnya termasuk cara perolehan harta yang haram.

Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 12, Allah telah berfirman mengenai hal ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah: 172).

6. Terlalu Memikirkan Duniawi

Telah diketahui bersama bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Oleh karenanya, semua yang dilakukan seorang hamba di dunia ini adalah dalam rangka mencari ridho Allah semata dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan kelak di akhirat.

Akan tetapi, ada kalanya kenikmatan dunia mengaburkan tujuan sesungguhnya manusia diturunkan ke muka bumi. Kenikmatan fana dunia membuat manusia lupa akan akhirat dan terlalu mementingkan unsur dunia. Hal ini tentu berimbas pada seretnya rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya di Surah Al-Hadid ayat 20:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadîd: 20).

7. Kurang Menjaga Badan

Badan atau kesehatan adalah satu hal yang berkaitan erat dengan bagaimana suatu ikhtiar mencari rezeki dilakukan. Meski hal ini nampaknya sepele, tapi Allah menganggap kebiasaan menjaga badan sebagai satu wujud dari sikap bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.

Begitu pula, badan yang tak dijaga dengan baik akan membuat penyakit mudah singgah sehingga kelak mempersulit ihtiyar mencari rezeki. Hal ini pun secara jelas telah ditegaskan dalam Al-qur’an Surah Al-Baqarah ayat 195 tentang pentingnya menghindari kebiasaan yang merusak tubuh:

وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

8. Tidur Pagi Seusai Sholat Subuh

Banyak yang menyebutkan bahwa kebiasaan tidur pagi setelah sholat subuh merupakan salah satu sebab seretnya rezeki seseorang. Apa benar demikian? Nyatanya, memang demikian adanya. Kebiasaan seperti demikian ternyata mampu menghalangi masuknya rezeki seseorang.

Tentu saja hal ini untuk pengecualian bagi mereka yang memang bekerja pada malam hari dan membutuhkan istirahat pada pagi hari. Untuk menghindari kebiasaan buruk ini, ada baiknya seorang muslim melakukan berbagai aktivitas di pagi hari selain tidur.

9. Kerap Mengeluh

Jangan remehkan kebiasaan kerap mengeluh. Mungkin hal ini terdengar tak ada hubungannya dengan seret atau tidaknya rezeki seseorang, namun ternyata kebiasaan suka mengeluh merupakan satu bentuk tidak bersyukurnya seseorang atas rezeki yang diterimanya.

Sebagaimana diketahui bahwa hamba yang pandai bersyukur maka akan ditambah nikmatnya oleh Allah SWT. Sebaliknya mereka yang kufur dan tak pandai bersyukur maka azab Allah sangatlah pedih. Hal ini termaktub dalam Al-qur’an Surah Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

10. Suka Pamer

Sifat suka pamer bisa berupa memamerkan segala sesuatu seperti harta, kekayaan kecantikan, jabatan, dan sebagainya. Mungkin banyak yang tidak paham akan bahaya sifat satu ini, namun sebenarnya kebiasaan suka pamer menyimpan sejumlah bahaya yang tidak sepele.

Kebiasaan suka pamer merupakan salah satu penyebab rezeki seret. Ini merupakan satu bentuk syirik kecil yang mendatangkan dosa. Mereka yang merasa tersakiti akibat kebiasaan suka pamer juga bisa menjadi asal muasal seretnya rezeki seseorang.

Kata lain dari pamer adalah riya’ dan riya’ jelas-jelas dilarang dalam Islam. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 38.

وَالَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا

Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya’ dan kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat jahat.” (Q.S. An-Nisa’: 38).

11. Mempraktekkan Riba

Riba sudah jelas hukumnya di dalam Islam. Allah dengan tegas melarang hal ini dan dalilnya pun sudah banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. 

Riba saat ini memang banyak ditemukan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Ternyata mereka yang melakukan praktek riba merupakan penyebab dari seretnya rezeki yang dialaminya.

Bahaya riba menjadi serius karena ancaman dosa atas hal ini juga sangat besar dan banyak pihak yang dirugikan karenanya. Meski masyarakat kita saat ini banyak yang mempraktekkan hal ini, namun alangkah baiknya riba dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun satu contoh firman Allah yang mengatur masalah riba adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ الرِّبَا أَضْعَافاً مُّضَاعَفَةً وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ . وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (Qs. Ali Imron [3]: 130).

12. Sifat Pelit

Sifat pelit merupakan satu bagian dari sifat setan. Maka dari itu, seorang muslim dilarang untuk bersifat pelit, apalagi terhadap sesamanya. Rezeki malah enggan untuk mendekat bila seorang muslim masih dihinggapi oleh sifat pelit.

Justru sebaliknya, kebiasaan berbagi dengan sesama melalui sedekah akan menarik rezeki untuk datang. Dalam Al-Qur’an pun dengan jelas betapa Allah mengingatkan manusia untuk menjauhkan diri dari sifat pelit atau kikir. Hal ini termaktub dalam Surah Al-Imran ayat 180:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ࣖ

Artnya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan” (QS. Ali Imran, ayat 180).

Yayasan Yatim Mandiri hadir sebagai satu lembaga penyalur zakat dan donasi bagi sesama yang membutuhkan. 

Tenangkan jiwa dengan menyisihkan sebagian rezeki bagi mereka yang kurang beruntung.

Dari sekian banyak penyebab rezeki seret di atas kebanyakan akar masalahnya adalah kurangnya sikap bersyukur dan kurangnya manusia berbagi dengan sesamanya. Saat ini sudah ada begitu banyak kesempatan untuk mensucikan harta dengan berbagi bersama mereka yang kurang beruntung.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top