Niat sholat Idul Fitri yang dibaca antara imam dan makmum sedikit berbeda namun tata cara pelaksanaan sholat ini untuk keduanya sama namun makmum mengikuti imam.
Niat sholat Idul Fitri merupakan bacaan wajib yang menjadi bagian dari pelaksanaan sholat sunnah Idul Fitri sendiri. Niat sholat inilah yang membedakan sholat sunnah Idul Fitri dengan sholat wajib dan sholat-sholat sunnah yang lainnya. Membaca niat sholat adalah salah satu syarat sah sholat, termasuk sholat Id.
Maka, penting bagi seorang muslim untuk mengetahui niat sholat sunnah ini beserta artinya sebelum melaksanakan sholat Idul Fitri. Muslim dewasa tentu sudah mengetahui niat sholat ini karena setiap tahun mengucapkannya ketika melaksanakan sholat Id.
Namun, bagi anak-anak tentu perlu mempelajarinya.
Orang tua maupun guru di sekolah bisa mengajarkan bagaimana cara melakukan sholat idul fitri termasuk menjelaskan tentang bacaan niat sholatnya.
Dengan begitu, anak bisa mempraktikan cara membaca niat ini dengan benar ketika nantinya mereka ikut melaksanakan sholat tersebut saat Idul Fitri tiba.
Hukum Sholat Idul Fitri
Sebelum belajar tentang niat sholat Idul Fitri dan tata cara pelaksanaannya, seorang muslim juga perlu belajar terkait denghan hukum mengerjakan sholat Idul Fitri. Ada beberapa perbedaan pendapat tentang hukum sholat ini, yaitu sebagai berikut:
1. Fardhu ‘Ain
Sholat Idul Fitri hukumnya adalah fardhu ‘ain menurut madzhab Hanafi yang juga dikuatkan oleh pendapat Imam Ahmad.
Beberapa ulama yang menyetujui pendapat ini diantaranya adalah Ibnul Qayyim, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Utsaimin. Ini tidak hanya berlaku untuk sholat Idul Fitri tetapi juga sholat Idul Adha.
Hal ini didasarkan pada dalil surat Al Kautsar ayat 2 yang memerintahkan untuk sholat kepada Rabb dan menyembelih hewan kurban. Hukum asal perintah di dalam Al Quran yang disebut fi’il amr hukumnya adalah wajib.
Hukum wajibnya sholat Idul Fitri juga terdapat di dalam hadist riwayat Abu Daud dari Ummu Athiyyah RA. Di dalam hadist tersebut Rasulullah SAW memerintahkan perempuan yang sedang haid untuk keluar dari rumah mereka dan hadir di lapangan untuk menyaksikan kebaikan Idul Fitri meskipun tidak mengikuti sholat.
Jika perempuan yang haid saja diminta untuk hadir menyaksikan jalannya sholat Idul Fitri, tentu wanita yang tidak haid dan laki-laki wajib untuk melaksankannnya.
2. Fardhu Kifayah
Hukum yang kedua terkait sholat Idul Fitri adalah fardhu kifayah dan pendapat ini diyakini oleh madzhab Hambali.
Pendapat ini dikuatkan dengan dalil-dalil seperti pendapat pertama, namun hukum wajibnya melaksanakan sholat ini sifatnya kifayah. Misalnya dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Dhimam bin Tsa’labah.
Hadist tersebut menceritakan saat Rasulullah SAW menjawab pertanyaan seorang badui yang bertanya tentang islam.
Orang badui itu bertanya apakah ada lagi sholat wajib selain shalat 5 hari dalam sehari semalam dan Rasulullah SAW menjawab tidak ada kecuali jika ingin mengerjakan sholat sunnah.
Hadist ini memperkuat pendapat bahwa tidak ada sholat yang hukumnya fardhu ‘ain kecuali sholat wajib 5 waktu dalam sehari. Maka, perintah sholat yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan namun diluar shalat 5 waktu hukumnya adalah fardhu kifayah.
3. Sunnah Muakkadah
Hukum ketiga terkait dengan sholat Idul Fitri sifatnya adalah sunnah muakkadah yang diyakin oleh madzhab Maliki dan Syafi’i. Ada juga salah satu pendapat madzhab Hanafi, Imam Ahmad, dan Daud Azh Zhairi.
Hal ini didasarkan pada dalil hadist Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas RA.
Hadist tersebut menceritakan tentahg Rasulullah SAW yang mengutus Muadz untuk pergi ke Yaman untuk mendatangi kaum Ahlul Kitab.
Rasulullah SAW menekankan kepada Muadz bahwa yang pertama kali harus didakwahkan kepada mereka adalah tentang keharusan mentauhidkan Allah SWT.
Kemudian, baru kewajiban untuk menjalankan sholat lima waktu sehari semalam, membayar zakat kepada orang-orang faqir bagi mereka yang diberi kelebihan harta. Selanjutnya, adalah mengambil zakat dari harta yang dimiliki selain barang berharga.
Baca Juga : Mengetahui Hukum Ucapan Hari Raya Idul Fitri dan Berbagai Contoh Kata-Katanya
Bacaan Niat Sholat Idul Fitri
Membaca niat untuk melaksankan sholat Idul Fitri terbagi ke dalam dua jenis, yaitu bacaan niat yang dilakukan oleh imam dan makmum.
Bacaan niat sholat untuk keduanya dalam sholat berjamaah memiliki sedikit perbedaan karena posisi mereka juga berbeda. Imam sebagai pemimpin sholat sedangkan makmum hanya mengikuti.
1. Bacaan Niat Imam
Bacaan niat sholat idul fitri sebagai imam juga memiliki sedikit perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa sebelum melaksanakan sholat Idul Fitri seorang iman telah diangkat oleh para jamaah untuk memimpin sholat sehingga tidak perlu menyebutkan kata ”imaman” di dalam niatnya seperti berikut:
“Ushalli sunnatan li ‘idil fithri rak’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.”
Namun, pendapat lain menyebutkan jika seorang imam sholat Idul Fitri perlu menyebutkan kata “imaman” di dalam niat sholatnya sehingga bacaannya menjadi seperti di bawah ini.
“Ushalli sunnatan li ‘idil fithri rak’ataini mustaqbilal qiblati imaman lillahi ta’ala.”
2. Bacaan Niat Makmum
Sementara, umat muslim yang ikut melaksanakan sholat Idul Fitri sebagai makmum, maka niat sholat Idul Fitri yang dibaca adalah seperti berikut ini.
“Ushalli sunnatan li ‘idil fithri rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’muman lillahi ta’ala.”
Tata Cara Sholat Idul Fitri
Setelah mengetahui tentang niat yang dibaaca ketika sholat Idul Fitri, seorang muslim harus mengetahui tata cara untuk sholat Idul Fitri sehingga bisa mengerjakannya dengan benar.
Meski terlihat sama dengan sholat wajib dan sholat sunnah lainnya, namun ada sedikit perbedaan dalam tata cara sholat Idul Fitri yang urutannya sebagai berikut:
1. Memasang Sutrah
Memasang sutrah atau pembatas diperintahkan khususnya bagi umat muslim yang melaksakan sholat di lapangan.
Sutrah ini dipasang di depan orang yang sholat agar orang lain tidak lalu lalang di depannya. Hal ini dijelaskan dalam hadist riwayat Bukhori dari Ibnu Umar RA.
Hadist ini menyebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan sahabat untuk menancapkan sebuah bayonet di depan tempat beliau sholat sebelum menuju lapangan untuk sholat di hari raya. Lalu, beliau sholat dengan menghadap ke arah bayonet tersebut.
2. Membaca Niat
Kemudian sholat Idul Fitri diawali dengan membaca niat terlebih dahulu. Sholat Idul Fitri berjumlah dua rakaat dan perlu disebutkan di dalam niat sholatnya.
Hal ini sesuai dengan hadist riwayat Ahmad dan an Nasai dari Umar bin Khatab yang menyebutkan bhawa sholat Jumat, sholat Idul Fitri, dan sholat idul Adha adalah dua rakaat.
Niat sholat Idul Fitri yang dibaca oleh imam dan makmum sedikit berbeda dan telah dijelaskan sebelumnya. Ketahui perbedaannya sehingga tidak salah mengucapkan ketika mengerjakan sholat tersebut.
3. Takbirotul Ihram
Niat sholat ini dibaca ketika melakukan takbirotul ihram, yaitu ketika mengangkat tangan setinggi pundak dan mulut mengucapkan takbir untuk mengawali sholat. Di saat yang bersamaan, niat sholat tersebut dilafadzkan di dalam hati.
Ada juga sebagian umat muslim yang tidak melafadzkan niat tersebut karena memang dihatinya sudah ada keyakinan untuk menjalankan sholat tersebut. Maka, tidak perlu fokus pada perbedaan karena masing-masing memiliki dalil tersendiri.
4. Membaca Doa Iftitah
Setelah selesai takbirotul ihram, maka urutan selanjutnya sama dengan sholat wajib dan sholat-sholat sunnah yang lain, yakni membaca doa iftitah.
Doa iftitah yang dibaca pun bisa berbeda di antara satu muslim dengan muslim yang lain dan hal tersebut tidak perlu diperdebatkan.
5. Membaca Takbir
Tata cara berikutnya adalah membaca takbir. Urutan inilah yang membuat sholat Idul Fitri berbeda dengan sholat wajib dan sholat sunnah lainnya. Pasalnya, ada hitungan tertentu terkait dengan takbir yang dilakukan selama melaksanakan sholat Idul Fitri.
Pada rakaat pertama sholat Idul Fitri terdapat 7 takbir tambahan yang juga mengharuskan seorang muslim untuk mengangkat tangannya sebanyak 7 kali saat melafadzkan takbir tersebut.
Sementara itu, di rakaat kedua terdapat 5 takbir tambahan yang dibarengi dengan mengangkat tangan sebanyak 5 kali juga.
Jumlah takbir ini didasarkan pada hadist riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah dari Aisyah RA. Hadist ini menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bertakbir sebanyak 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua saat sholat Idul Fitri dan Idul Adha selain takbir untuk rukuk.
Pendapat lain menyebutkan bahwa para sahabat Rasulullah SAW bertakbir sebanyak 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua selain takbir saat bangkit dari sujud.
6. Berdzikir di Antara Takbir Tambahan
Selain niat sholat Idul Fitri, ada juga perbedaan pendapat terkait dengan dzikir yang dilakukan di sela-sela takbir tambahan.
Syaikh Ali bin Hasan di dalam Ahkamul Idain menyebutkan bahwa tidak terdapat riwayat shahih dari Rasulullah SAW tentang dzikir khusus yang dibaca di sela-sela takbir tambahan dalam sholat Id.
Akan tetapi hadist riwayat al Baihagi dari Ibnu Mas’ud RA menjelaskan anjuran membaca dzikir pada saat sholat Id. Hadist tersebut berisi anjuran untuk membaca tahmid atau pujian lainnya kepada Allah SWT di sela-sela takbir tambahan dalam sholat Id.
Ibnul Qoyim juga merujuk pada penjelasan Ibu Mas’ud yang lain tentang anjuran untuk membaca hamdalah, bershalawat, atau memuji Allah SWT di sela-sela takbir tambahan saat melaksanakan sholat Id.
7. Membaca Surat Al Fatihah serta Surat Pendek
Setelah menyelesaikan ketujuh takbir tambahan pada rakaat pertama, maka selanjutnya adalah membaca surat Al Fatihah dan dilanjutkan dengan surat pendek di dalam Al Quran.
Membaca Al Fatihah sama pentingnya dengan membaca niat sholat Idul Fitri sehingga harus dilakukan.
Setelah membaca surat Al Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat pendek yang ada di dalam Al Quran seperti ketika mengerjakan sholat-sholat yang lainnya.
Akan tetapi, ada beberapa anjuran surat pendek yang dibaca ketika melaksanakan sholat Idul Fitri.
Kombinasi surat pendek ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, at Tirmidzi, dan an Nasai. Kombinasi yang pertama adalah membaca surat Qaf untuk rakaat pertama dan surat Al Qamar untuk rakaat kedua.
Sementara itu kombinasi yang lain adalah membaca surat Al A’la untuk rakaat pertama dan Al Ghasiyah untuk rakaat kedua.
8. Rukuk dan sujud
Selesai membaca Al Fatihah dan surat pendek, urutan berikutnya sama dengan sholat pada umumnya yakni rukuk.
Bacaan yang dibaca saat rukuk pun sama dengan sholat wajib dan sholat sunnah lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan sujud dengan bacaan yang sama dengan bacaan sujud biasanya.
9. Bangkit Rakaat Kedua
Urutan berikutnya setelah sujud adalah bangkit untuk menjutkan rakaat yang kedua. Di rakaat pertama setelah niat sholat Idul Fitri dan doa iftitah dilanjutkan dengan takbir sebanyak 7 kali.
Sedangkan setelah bangkit dari sujud di rakaat kedua langsung dilanjutkan dengan takbir tambahan sebanak 5 kali.
Setelah itu, membaca Al Fatihah untuk rakaat kedua dan dilanjutkan dengan surat pendek, bisa memilih antara Al Qamar atau Al Ghasiyah sesuai yang dianjurkan dalam hadist yang telah disebutkan sebelumnya.
10. Rukuk dan Sujud
Lanjutan tata cara sholat Idul Fitri setelah membaca surat Al Fatihah dan surat pendek di rakaat kedua juga sama dengan sholat pada umumnya, yakni rukuk dan sujud. Begitu juga ketika melakukan i’tidal di antara keduanya. Cara dan bacaan yang dilafadzkan pun sama.
11. Tahiyat Akhir
Urutan yang terakhir di rakaat kedua pun sama dengan sholat-sholat lainnya, yakni duduk tahiyat akhir. Pada posisi ini, baik imam dan makmum membaca bacaan tahiyat dan dilanjutkan dengan bacaan tasyahud akhir dengan khusyu’.
Setelah selesai dengan bacaan tahiyat akhir, urutan berikutnya adalah salam. Tahapan ini dilakukan dengan menolehkan kepala ke sebelah kanan sembari mengucapkan bacaan salam dan menolehkan kepala ke sebelah kiri dengan bacaan yang sama.
Jika membaca niat sholat Idul Fitri menjadi awal dimulainya pelaksanaan sholat, maka bacaan salam menjadi tanda berakhirnya sholat ini.
12. Mendengarkan Khutbah
Yang membedakan sholat Idul Fitri dengan sholat wajib atau sholat sunnah lainnya adalah adanya khutbah setelah sholat.
Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan sholat Idul Fitri sebelum khutbah.
Ada juga hadist riwayat Bukhori dan muslim dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabatnya, yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan melaksanakan sholat Idul Fitri sebelum khutbah.
Saat menyampaikan khutbah, khotib berdiri di mimbar menghadap ke jamaah.
Hadist riwayat Bukhori dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri menjelaskan sikap Rasulullah SAW saat menjadi khotib.
Setelah selesai melakukan sholat Idul Fitri, beliau berbalik badan untuk menghadap kepada jamaah. Sedangkan para jamaah tetap duduk di shaf-shaf mereka dengan tenang untuk mendengarkan isi khutbah.
Khotib biasanya mengawali khutbah dengan membaca tahmid. Sementara itu, isi khutbah disesuaikan dengan situasi terkini dan ajakan untuk bertakwa pada Allah SWT.
Keringanan Tidak Mengikuti Khutbah bagi Jamaah
Ibnul Qoyim menyatakan di dalam Zadul Maad bahwa Rasulullah memberikan keringanan bagi siapa saja yang mengikuti sholat hari raya untuk mengikuti khutbah atau langsung pulang ke rumah. Hal ini juga sesuai dengan hadist riwayat Abu Daud dan an Nasai dari Abdullah bin Saib.
Hadist tersebut menyebutkan bahwa ketika Rasulullah hendak menyampaikan khutbah, beliau menawarkan kepada jamaah untuk tetap duduk bagi yang ingin mendengarkan dan mempersilahkan pulang bagi yang tidak. Jadi, mendengarkan khutbah ini merupakam urutan yang bersifat sunnah.
13. Berdzikir dan Berdoa
Urutan sholat Idul Fitri lainnya yang sifatnya sunnah adalah berdzikir dan berdoa. Tahapan ini biasanya dilakukan setelah selesai mendengarkan khutbah. Orang yang mengikuti sholat Id bisa berdzikir dan berdoa sendiri-sendiri.
Namun, di banyak tempat ada seseorang yang memang ditugaskan untuk memimpin dzikir dan doa sehingga jamaah yang hadir bisa tetap mengikuti dengan khusyu’. Berdzikir pun bisa dilakukan sembari berjalan pulang dari tempat sholat Id menuju rumah.
Niat sholat Idul Fitri memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan sholat Id sehingga pengucapannya harus tepat begitu juga dengan tata cara pelaksanaan sholat tersebut sehingga keduanya perlu dipelajari seorang muslim.