Kisah Sukses

Abul Khoir yang Mendedikasikan Hidupnya Untuk Agama

  • Abul Khoir Zulkarnain
  • MEC Angkatan 7
  • Imam Besar Masjid Agung Palembang

Menjadi imam shalat berjamaah di masjid-masjid besar mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Abul Khoir Zulkarnain. Namun, takdir Allah membawanya pada jalan ini. 

Sebelum menjadi penerima manfaat Yatim Mandiri, dirinya memang sudah belajar di pondok pesantren. Lalu dirinya masuk Mandiri Entrepreneur Center (MEC) angkatan VII. Dirinya bercerita bahwa MEC banyak mengajarkan hal baru. 

Salah satunya adalah mengenal teknologi dan komputer. “Sebelum masuk MEC saya sama sekali tidak tahu komputer. Di sana saya belajar bongkar pasang komputer sampai akhirnya bisa membetulkan komputer sendiri,” kenangnya.

“Selain itu, pengalaman entrepreneur di MEC membuat saya mandiri,” tambahnya. Saat di MEC, Abul mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan). Sehingga saat ada kesempatan berkuliah, dirinya mengambil jurusan Sistem Informasi. “Ambil jurusan itu karena rekomendasi kakak tingkat dan tak jauh dari yang dipelajari di MEC dulu,” ujar pria yang berkuliah di Universitas Indo Global Mandiri Palembang ini.

Setelah lulus kuliah Abul memutuskan untuk tidak bekerja selama satu tahun. “Selama itu saya gunakan untuk menghafal Quran lagi,” ujarnya. Setelah itu, drinya baru mulai mengajar di salah satu pondok pesantren di palembang dan rumah tahfidz. 

“Karena kata kyai saya, pekerjaan terbaik untuk seorang penghafal al Quran adalah mengajar al Quran,” cerita pria kelahiran Tanjung Seteko ini. Sampai saat ini ada kurang lebih 100 santri yang ia ajar. 

Selain itu, Abul juga aktif menjadi imam shalat berjamaah di beberapa masjid besar di Palembang. 

Salah satunya adalah Masjid Agung Palembang. Baginya, menjadi imam juga merupakan salah satu bentuk mengamalkan al Quran. Karena dirinya terus membaca ayat-ayat suci al Quran.

Menurut Abul, mengajar al Quran juga ada suka dukanya. Sukanya saat santrinya bisa khatam al Quran. “Namun dukanya kadang kita mendapat tuntutan dari orang tua santri kenapa anaknya belum bisa hafalan. Karena menurut saya setiap anak itu berbeda kemampuannya. Juga yang utama adalah rahmat Allah,” tutupnya.

Redaksi YM News

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Menanam kebaikan di dunia, memanen kebahagiaan di akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *