Setiap kali bayi lahir, orang tua muslim akan melaksanakan aqiqah bila mampu. Apa tujuan aqiqah dan bagaimana tata caranya? Simak di sini!
Kelahiran buah hati merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sebuah keluarga. Dalam agama Islam, kelahiran anak biasanya diikuti dengan pelaksanaan aqiqah. Apa tujuan aqiqah?
Pelaksanaan aqiqah memiliki banyak tujuan dan manfaat. Namun, untuk meraih manfaat ini, Sahabat harus melakukannya sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Arti Aqiqah dalam Islam
Aqiqah dalam agama Islam memiliki dua makna. Aqiqah berasal dari kata al-qath’u yang bermakna memotong. Istilah tersebut mengacu pada pemotongan hewan ternak saat bayi berusia 7 hari.
Menurut pendapat beberapa ulama, aqiqah juga bermakna rambut bayi yang tumbuh sejak dalam kandungan.
Secara istilah, aqiqah merupakan sebutan bagi hewan yang disembelih untuk bayi tersebut saat rambutnya dipotong. Hewan aqiqah umumnya berupa kambing.
Aqiqah yang pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk kedua cucunya, Hasan dan Husein. Menurut sebuah hadis, Baginda Nabi menyembelih masing-masing seekor kambing kibas untuk kedua cucunya ini.
Namun, hadis lain menyebut bahwa Rasulullah menyembelih masing-masing dua kambing kibas untuk Hasan dan Husein.
Aqiqah dilaksanakan dengan cara menyembelih hewan aqiqah, memasaknya, dan membagikan masakan tersebut kepada saudara dan warga sekitar. Pada saat yang sama, pemotongan rambut bayi dilakukan.
Hukum pelaksanaan aqiqah adalah sunnah muakad. Hukum aqiqah dapat berubah menjadi wajib jika orang tua mampu untuk melaksanakannya atau telah dinazarkan.
Salah satu hadis yang membahas tentang aqiqah menyebutkan bahwa seorang bayi yang baru lahir masih tergadai hingga aqiqahnya dilaksanakan pada hari ke tujuh setelah kelahirannya.
Namun, apabila orang tua belum mampu melaksanakan aqiqah anak mereka pada hari ke-7, maka mereka dapat melakukannya di lain waktu asalkan anak belum baligh.
Tujuan Aqiqah Menurut Islam
Mengapa umat islam perlu melakukan aqiqah setelah kelahiran buah hati mereka? Hal ini dikarenakan aqiqah memiliki beberapa tujuan dan manfaat.
1. Wujud Rasa Syukur atas Kelahiran Buah Hati
Tujuan aqiqah yang pertama adalah mewujudkan rasa syukur atas kelahiran anak. Anak adalah anugrah dari Allah SWT.
Selain itu, tidak semua pasangan suami istri dipercaya oleh Allah untuk mengasuh buah hati mereka sendiri. Oleh karena itu, kehadiran anak patut disyukuri.
Salah satu cara mensyukurinya adalah dengan melakukan aqiqah. Melalui aqiqah, mereka dapat berbagi kebahagiaan kepada saudara dan tetangga.
2. Menjalankan Sunnah Nabi
Tujuan lain dari aqiqah adalah menjalankan sunnah. Seperti yang telah dijelaskan di atas, aqiqah adalah ibadah sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan menjalankan sunnah tersebut, orang tua berarti juga telah membuktikan kecintaan mereka terhadap Baginda Nabi. Selain itu, pelaksanaan aqiqah akan memberi mereka pahala.
3. Meningkatkan Ibadah
Tujuan aqiqah selanjutnya adalah meningkatkan ibadah. Bagaimana aqiqah dapat meningkatkan ibadah pasangan suami istri yang melakukannya?
Umumnya, pelaksanaan aqiqah disertai dengan memanjatkan doa, pembacaan ayat Al Quran, mendengarkan lantunan ayat Al Quran, dsb.
Oleh karena itu, ibadah orang tua bayi dan orang-orang yang diundang akan meningkat selama pelaksanaan ibadah sunnah tersebut.
4. Mempererat Hubungan dengan Sesama
Aqiqah dapat ditujukan atau dimanfaatkan untuk mempererat hubungan dengan sesama. Berbagi hidangan hewan aqiqah adalah salah satu cara untuk meningkatkan hubungan dengan sesama.
Selain itu, mengundang tetangga dan saudara dalam walimatul aqiqah juga mampu meningkatkan keakraban antar sesama. Walimatul aqiqah juga merupakan ajang silaturahmi antar warga.
5. Upaya Agar Anak Terlindungi dari Setan
Tujuan aqiqah yang kelima adalah melindungi anak dari gangguan jin dan setan. Hal ini karena dalam walimatul aqiqah dipanjatkan doa khusus untuk sang bayi.
Salah satu isi dari doa tersebut adalah memohon Allah untuk menjaga bayi yang diaqiqahi dari keburukan jin, ummi shibyan, dan segala keburukan serta maksiat.
Selain itu, penjelasan tentang aqiqah dapat menghindarkan anak dari gangguan setan tercantum pada hadits Riwayat Bukhari. Hadits ini berbunyi sebagai berikut.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi. Maka, sembelihlah hewan serta hilangkan semua gangguan darinya.”
6. Memberi Syafaat untuk Orang Tua
Salah satu tujuan utama pelaksanaan aqiqah adalah memperoleh syafaat dari anak. Orang tua yang mengaqiqahkan anak mereka akan memperoleh syafaat dari anak tersebut di hari akhir.
Hal ini karena orang tua telah menebus anak mereka dengan aqiqah. Dalam hadis Imam Ahmad dijelaskan bahwa anak tergadai dari memberi syafaat kepada orang tuanya (dengan aqiqahnya).
Tata Cara Aqiqah Menurut Islam
Setelah mengetahui tujuan aqiqah dan manfaatnya, Sahabat pasti ingin melakukan melaksanakan aqiqah bagi putra/putri yang baru saja lahir maupun yang belum sempat diaqiqahi.
Bagaimana cara melaksanakan aqiqah untuk anak? Sahabat dapat menyimak tata cara aqiqah di bawah ini.
1. Pilih Hewan
Salah satu hal penting yang perlu dilakukan saat hendak melakukan aqiqah adalah memilih hewan aqiqah. Hewan yang digunakan untuk aqiqah sama seperti hewan yang digunakan untuk kurban.
Namun, umumnya umat Islam memilih kambing sebagai hewan aqiqah. Jika aqiqah dilakukan untuk bayi laki-laki, maka Sahabat harus menyembelih dua kambing dengan kualitas yang sama.
Akan tetapi, jumlah kambing aqiqah untuk anak perempuan hanya satu. Ketika memilih kambing yang akan disembelih untuk aqiqah, Sahabat harus memilih kambing yang sesuai syarat aqiqah.
Syarat hewan aqiqah adalah sebagai berikut.
- Sehat: Kambing atau hewan ternak yang digunakan untuk aqiqah harus sehat, tidak cacat, dan tidak kurus.
- Usia: Usia hewan aqiqah harus lebih dari satu tahun untuk kambing dan lebih dari 2 tahun untuk lembu.
- Jenis Kelamin: Hewan aqiqah hendaknya berjenis kelamin jantan. Sahabat boleh menggunakan hewan ternak betina untuk aqiqah, dengan syarat tidak sedang hamil.
- Makanan: Hewan aqiqah harus berupa hewan ternak yang tidak makan makanan najis.
2. Membaca Doa Saat Akan Menyembelih Hewan Aqiqah
Selain hewan yang dipilih harus sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh syariat, penyembelihannya pun juga harus sesuai tuntunan yang ada.
Hewan aqiqah yang hendak disembelih sebaiknya dihadapkan ke kiblat. Selanjutnya, saat proses penyembelihan terjadi, penyembelih disunnahkan membaca basmalah.
Selain itu, penyembelih juga disunnahkan membaca takbir, sholawat, dan doa ketika menyembelih hewan aqiqah. Doa ketika menyembelih hewan aqiqah berbunyi seperti di bawah ini.
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهم مِنْكَ وَلَكَ هَذِهِ عَقِيْقَةُ
Bacaan: Bismillâhi wallâhu akbar allahumma minka wa laka hadzihi ‘aqiqatu…
Artinya: Dengan menyebut nama Allah. Allah Maha Besar. Ya Allah, milikMu lah hewan aqiqah ini. Inilah aqiqahnya … (Sebut nama anak yang diaqiqahi.)
3. Olah Daging dan Bagikan ke Tetangga
Berbeda dengan daging hewan kurban yang boleh dibagikan dalam keadaan mentah, daging hewan aqiqah harus dibagikan dalam keadaan matang.
Oleh karena itu, pihak keluarga yang melaksanakan aqiqah harus memasak daging hewan aqiqah yang sebelumnya telah disembelih. Di Indonesia, daging ini biasa diolah menjadi gulai, sate, dll.
Setelah dimasak, satu per tiga bagian dari olahan daging ini harus dibagikan ke tetangga, saudara, dan orang-orang yang membutuhkan.
Selain itu, orang tua bayi yang diaqiqahi juga dianjurkan untuk mengkonsumsi hidangan daging tersebut.
4. Memberi Nama dan Mencukur Rambut Si Kecil
Dalam kitab fiqihnya, Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa memberi nama bayi dengan nama yang baik-baik dan memotong rambut bayi adalah sunnah dalam pelaksanaan aqiqah.
Mengapa bayi harus sudah dinamai saat aqiqah? Penamaan bayi ketika aqiqah penting untuk dilakukan karena nantinya nama ini akan disebut dalam doa saat menyembelih hewan aqiqah.
Selain harus menamai dan mencukur rambut bayi, Sayyid Sabiq juga berkata bahwa menyedekahkan perak seberat rambut bayi yang dipotong adalah sunnah.
Sedekah perak saat aqiqah ini juga dilakukan saat aqiqah Hasan dan Husein. Saat itu, Rasulullah meminta Fatimah dan Ali untuk bersedekah perak sesuai berat rambut yang dipotong
5. Lakukan Aqiqah di Waktu yang Dianjurkan
Jumhur ulama menetapkan bahwa waktu pelaksanaan aqiqah yang paling baik adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi.
Waktu ini sesuai dengan yang disunnahkan oleh Baginda Nabi dan dijelaskan pada hadis yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub RA.
Dalam hadits ini, Rasulullah bersabda bahwa “setiap bayi digadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ke-7, kemudian dicukur, serta diberi nama.
Penghitungan waktu tujuh hari yaitu hari kelahiran anak pada minggu berikutnya dikurangi satu hari. Contohnya, jika anak lahir di hari Minggu, maka aqiqahnya dilakukan pada hari Sabtu.
Apabila terdapat halangan untuk melaksanakan aqiqah pada hari ketujuh kelahiran anak, maka orang tua boleh melaksanakan aqiqah pada hari ke-14, ke-21, dan kelipatan 7 lainnya.
Setelah memahami tujuan aqiqah beserta tata caranya, Sahabat pasti dapat melaksanakan aqiqah dengan lebih afdol.
Cek blog Yatim Mandiri sekarang untuk menemukan tuntunan penting lain dalam Islam.