Memiliki rasa cinta tanah air penting setiap Muslim untuk membantu membangun bangsa. Apa makna cinta tanah air dalam pandangan Islam?
Sahabat tentu sudah tahu, bahwa bulan Agustus adalah bulan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di momen ini, masyarakat kerap merayakannya dengan berbagai macam kegiatan, salah satunya, yaitu lomba.
Selain untuk memeriahkan ulang tahun kemerdekaan, kegiatan semacam ini ditujukan untuk memupuk rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
Pertanyaannya, apakah Sahabat sudah paham apa itu rasa cinta tanah air? Istilah ini erat kaitannya dengan jiwa-jiwa nasionalis.
Tak hanya itu, istilah cinta tanah air juga memiliki keterikatan dengan agama Islam, lho.
Lantas, apa makna cinta tanah air dalam pandangan Islam? Simak penjelasannya di artikel ini!
Apa itu Cinta Tanah Air dalam Pandangan Islam?
Seperti yang sudah disebut sebelumnya, istilah cinta tanah air erat kaitannya dengan jiwa nasionalisme.
Namun, menurut ulama KH Said Aqil Siroj, memaknai istilah cinta tanah air juga harus diimbangi dengan nilai-nilai agama.
Menurutnya, agama tanpa adanya nasionalisme akan menjadi ekstrim. Sebaliknya, nasionalisme tanpa agama akan kering.
Pada awalnya, istilah cinta tanah air dalam Islam dikenalkan oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari melalui prinsip hubbul wathan minal iman, yang berarti cinta tanah air adalah sebagian dari iman
Pahlawan Islam satu ini menggunakan prinsip tersebut untuk menggugah semangat rakyat melawan para penjajah.
Adapun makna dari cinta tanah air adalah rasa bangga, rasa menghargai, dan rasa menghormati yang dimiliki individu untuk negaranya.
Di sisi lain, makna cinta tanah air juga sempat disinggung dalam Alquran dan beberapa hadis yang meliputi:
1. Surat An Nisa Ayat 66
Makna cinta tanah air dalam pandangan Islam tertuang dalam surat An Nisa ayat 66. Ayat tersebut memiliki arti sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya jika seandainya Kami perintahkan kepada mereka (Orang-orang munafik): “Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu!” Niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagai kecil dari mereka…”.
Ayat tersebut bukan merupakan suatu ancaman. Akan tetapi, surat An Nisa ayat 66 di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan agenda meninggalkan kampung halaman merupakan suatu yang berat, setara dengan bunuh diri.
Lebih lanjut, ayat tersebut juga berarti, bahwa orang yang berakal dan cinta tanah air akan sangat berat untuk meninggalkan tanah airnya.
Tafsir surat An Nisa ayat 66 ini disampaikan oleh al-Imam Fakhr Al-Din al-Razi dalam tafsir al-Kabir.
2. Hadis dan Penjelasan Ulama
Selanjutnya, makna cinta tanah air ditunjukkan oleh Rasulullah SAW melalui tindakannya yang kemudian diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Ibn Hibban, dan Al-Turmudzi.
Adapun bunyi hadis riwayat Al-Bukhari, Ibn Hibban, dan al-Turmudzi, yaitu:
“Diriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding Madinah, beliau mempercepat laju untanya. Dan apabila beliau menunggangi unta, maka beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah.”
Dalam hadis tersebut, diketahui bahwa Rasulullah SAW akan semakin mempercepat laju untanya ketika melihat dinding-dinding Madinah. Sikap ini menunjukkan betapa cintanya beliau dengan kota Madinah.
Selain itu, hadis ini juga menunjukkan keutamaan kota Madinah serta disyariatkannya rasa cinta terhadap tanah air.
Contoh Cinta Tanah Air dari Nabi Muhammad SAW
Dalam penjelasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa, Rasulullah SAW memiliki rasa cinta terhadap tanah air yang ditunjukkan dengan cara mempercepat laju untanya ketika menuju Madinah.
Selain cintanya dengan Madinah, tahukah Sahabat, bahwa Rasulullah SAW juga pernah mengatakan secara langsung tentang kecintaannya terhadap kota Mekah?
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda kepada Kota Mekah, ‘Sungguh dirimu (Kota Mekah) negeri yang amat indah, dan paling aku cintai, jikalau masyarakat Mekah tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan tinggal di tempat lain selain dirimu (Kota Mekah).’” (H.R. Tirmidzi).
Hadis ini sangat menggambarkan betapa cintanya Rasulullah SAW terhadap kota kelahirannya, yaitu kota Mekah.
Nah, sejauh ini, apakah Sahabat sudah mendapatkan gambaran yang jelas tentang makna cinta tanah air dalam pandangan Islam?
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana bentuk rasa cinta tanah air? Simak terus penjelasan dalam artikel ini, ya!
Contoh Cinta Tanah Air oleh Para Ulama Nusantara
Rasulullah SAW merupakan contoh dan teladan bagi para pengikutnya. Hal inilah yang terjadi pada para ulama.
Tidak sedikit ulama dan pahlawan Islam di Indonesia yang meneladani sikap Rasulullah SAW dalam mencintai tanah airnya.
Sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, salah satu tokoh Islam yang cinta tanah air, yaitu KH. Hasyim Asy’ari.
Seperti yang sudah disinggung di awal, KH. Hasyim Asy’ari menggaungkan prinsip hubbul wathan minal iman.
Arti dari prinsip ini adalah cinta tanah air merupakan sebagian dari iman. Prinsip ini kemudian digunakan untuk menyatukan semangat melawan penjajah di Indonesia.
Tak hanya KH. Hasyim Asy’ari, tokoh Islam lainnya, seperti KH Dahlan dan Kyai Haji Zainal Arifin juga memberikan contoh sikap cinta tanah air pada umat Muslim di Indonesia.
KH Dahlan sendiri memperjuangkan aspek pendidikan, budaya, dan sosial untuk melawan para penjajah.
Sementara KH. Zainal Arifin, ia mencerminkan sikap cinta tanah airnya dengan cara menolak segala bentuk kerja sama dengan penjajah Jepang.
Nah, itulah dia penjelasan lengkap mengenai makna cinta tanah air dalam pandangan Islam. Apakah Sahabat sudah memahaminya?
Kesimpulannya, cinta tanah air merupakan salah satu perilaku menghargai dan menghormati tanah kelahiran.
Sikap ini sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan, sikap ini telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.
Di sisi lain, para ulama besar Indonesia juga telah memberikan contoh serupa. Maka dari itu, mari tingkatkan rasa cinta tanah air kita dan berjuang untuk Indonesia yang lebih baik kedepannya.
Dapatkan informasi lebih banyak lagi terkait sejarah, ZISWAF, parenting dan wawasan keislaman lainnya di Blog Yatim Mandiri agar menambah khazanah keilmuan kita.