Kisah Inspiratif, Masjid Nabawi Wakaf Pertama Rasulullah SAW

Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW yang menjadi kisah inspiratif dan kemudian dijadikan contoh oleh para sahabat serta umat Islam. Mau tau cerita dan sejarahnya secara lengkap? Baca artikel ini sampai selesai.


Masjid Nabawi adalah salah satu masjid peninggalan sejarah Islam yang hingga kini dimuliakan. Ternyata, Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW, lho! Masjid Nabawi juga merupakan masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah setelah beliau mendirikan Masjid Quba. 

Masjid Nabawi menjadi wakaf Rasulullah SAW yang sangat istimewa, sehingga sangat dimuliakan, bahkan beliau juga bersabda bahwa siapapun yang beribadah di Masjid Nabawi akan mendapatkan pahala berlipat ganda sampai 1.000 kali lipat. 

Sejarah Awal Wakaf Masjid Nabawi

Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW di Madinah didirikan setelah beliau membangun Masjid Quba. Ada kisah unik yang istimewa sebelum beliau memutuskan untuk membangun masjid di Kota Madinah ini. 

Pada masa itu, sebelum dibangunnya Masjid Nabawi, Rasulullah SAW menunggangi unta dalam perjalanan menuju ke Kota Madinah. Ketika mendengar bahwa Rasulullah SAW hendak mengunjungi Madinah, maka seluruh umat muslim di kota tersebut berkumpul guna menyambut beliau. 

Masyarakat Madinah satu per satu mulai menarik tali kekang pada unta Rasulullah, agar beliau berhenti, kemudian berkunjung dan tinggal di rumahnya. Rasulullah SAW pun mengucapkan sebuah kalimat:

Jangan menarik tali kekang pada unta ini, karena ia telah menerima perintah dari Allah di mana ia akan berhenti.” Ucap Rasulullah.

Benar saja, setelah beliau mengucapkan kalimat tersebut, unta yang ditumpangi Rasulullah SAW akhirnya berhenti di depan bangunan milik dua anak yatim dari Bani Nijjar, yakni Suhail dan Sahl. Bangunan tersebut rupanya merupakan tempat yang digunakan untuk menjemur kurma. 

Rasulullah SAW pun akhirnya memanggil kedua anak yatim tersebut dan menawar tanah milik mereka untuk dibeli. Akan tetapi, sungguh mulia niat anak yatim tersebut karena ia berkata “Justru kami akan memberikannya kepada Anda wahai Rasulullah SAW”. 

Mendengar pernyataan dari kedua anak yatim di hadapannya tersebut, tidak membuat Rasulullah SAW langsung menerima tanah pemberian mereka. Beliau akhirnya berdiskusi hingga mendapati harga yang pantas untuk menebus tanah tersebut, tentunya dengan kesepakatan. 

Kisah Pembangunan

1. Dua Belas Hari Pengerjaan

Lokasi pemberhentian unta yang mana berada di depan bangunan milik dua anak yatim dari Bani Nijjar akhirnya menjadi lokasi pembangunan Masjid Nabawi. Pembangunan Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW hanya membutuhkan waktu 12 hari saja. 

Tentunya jika dibayangkan dari waktu pembangunan, masjid ini dibangun dengan sangat sederhana untuk pertama kalinya hingga akhirnya menjadi salah satu bangunan megah seperti sekarang ini. 

2. Luas Masjid Nabawi Pertama Kali Dibangun

Luas awal Masjid Nabawi juga tidak seluas bangunan yang sekarang, yakni panjang sekitar 70 hasta dan lebar sekitar 60 hasta atau jika dijadikan satuan meter sekitar 35 meter x 30 meter. Pada masa Rasulullah SAW, bahan yang digunakan untuk membuat atap masjid adalah pelepah kurma. 

Sedangkan bagian lantai dibuat dari batu dan ketika itu pintu masjid terdiri dari 3 pintu yang sangat sederhana. Nah, untuk pembangunan masjid, Rasulullah SAW mempercayakannya kepada orang-orang yang sudah ahli di bidang pembangunan. 

3. Riwayat tentang Pembangunan Masjid Nabawi

Ada sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang ditujukan kepada para sahabat-sahabatnya yang ikut serta dalam pembangunan Masjid Nabawi, yakni sebagai berikut:

Dekatkanlah Al Yamami ke tanah itu, karena sentuhan dia terbaik di antara kalian dan paling kuat adonannya.”

Akan tetapi terdapat riwayat lainnya lagi, yakni dari Al Yamami yang berkata “Aku mencampurkan tanah lalu seakan campuranku ini menakjubkan beliau, dan Rasulullah SAW “Biarkanlah Al Yamami Al Hanafi dengan tanah karena dia paling ahli urusan tanah dari kalian.”

Tidak hanya Al Yamami saja yang memiliki semangat hebat untuk ikut serta dalam pembangunan Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW, ada pula sahabat nabi bernama Ammar bin Yassir yang memiliki semangat tinggi dalam pengerjaan masjid. 

Semangat Ammar sangat kentara, karena ketika yang lainnya membawa satu batu bata per orangnya, Ammar membawa dua batu bata sekaligus. Satu batu bata diperuntukkan untuk Nabi Muhammad SAW dan yang satu lagi untuk dirinya sendiri. 

Melihat hal tersebut, Rasulullah SAW pun bersabda sembari mengusap punggung Ammar bin Yassir. Beliau bersabda:

“Wahai ibnu sumayyah orang-orang ini mendapatkan pahala satu namun engkau mendapatkan pahala dua, bekal terakhirmu adalah hirupan susu dan engkau akan dibunuh oleh kelompok pembangkang.”

Hadist tersebut merupakan salah satu bukti akan kenabian Muhammad SAW, pasalnya di akhir hayatnya Ammar bin Yassir wafat sama persis dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. 

Renovasi Perluasan Masjid Nabawi

Kisah Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW pun berlanjut dengan perbaikan-perbaikan yang ditujukan untuk perluasan masjid. Pasalnya, semakin lama umat Islam di Madinah semakin berkembang sehingga membutuhkan tempat ibadah yang luas pula. 

1. Perbaikan Pertama

Awalnya, luas masjid yang dibangun oleh Rasulullah SAW di atas tanah penjemuran kurma ini hanya 1.050 meter persegi, sedangkan dalam perbaikan pertama diperluas menjadi 1,45 meter persegi. 

Renovasi Masjid Nabawi tersebut dilakukan atas perintah Rasulullah SAW, ketika beliau pulang dari Khaibar pada tahun 7 Hijriyah. Perbaikan yang dilakukan tidak begitu besar, karena tujuannya untuk memperluas bangunan masjid saja, agar bisa digunakan beribadah oleh orang dalam jumlah banyak. 

2. Perbaikan di Masa Khalifah Walid bin Abdul Malik

Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan terhadap Masjid Nabawi yang merupakan wakaf pertama Nabi Muhammad SAW. Perbaikan juga pernah dilakukan pada zaman Khalifah Walid bin Abdul Malik yang merupakan insan dari Dinasti Umayyah. 

Beliau merenovasi Masjid Nabawi ketika masih menjabat sebagai Gubernur Madinah Al-Munawarah. Dalam perbaikan yang dilakukan pada masa tersebut, Abdul Aziz menambahkan mihrab di bagian dalam masjid. 

Mihrab tersebut digunakan untuk interior dan pertama kalinya dipasang di Masjid Nabawi. Sedangkan mihrab yang digunakan di masa itu adalah berbentuk ceruk pada dinding dan fungsinya sebagai penanda arah kiblat. 

Tak hanya menambahkan mihrab saja, melainkan juga membangun 20 pintu masuk dan juga 4 buah Menara yang mana prosesnya selesai pada tahun 711 Masehi. 

3. Renovasi di Masa Khalifah Al-Mahdi

Perbaikan Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW kembali dilakukan di masa Khalifah Al-Mahdi yang berasal dari Daulah Abbasiyah. 

Pada perbaikan ini ditambahkan masqshurah alias ruangan bagian depan yang fungsinya untuk membawa jenazah masuk ketika hendak dishalatkan. Hal tersebut ditambahkan di bagian shaf awal di dalam Masjid Nabawi. 

4. Renovasi pada Masa Sultan Ashraf Qait

Renovasi kemudian kembali dilakukan ketika masa Sultan Ashraf Qait dari Dinasti Mamluk dan beliau membangun dau kubah. 

Pembangunan dau kubah ini berada tepat di atas makam Rasulullah SAW dan juga dipasang pagar pembatas di sekitar makam nabi. Tak hanya itu saja, pada renovasi ini juga dilakukan perluasan lahan pada bagian belakang masqshurah. 

Tak hanya renovasi-renovasi di atas yang pernah dilakukan pada Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW, karena masih ada beberapa perbaikan lainnya. Perbaikan tersebut dilakukan di zaman modern, sehingga tidak heran jika dari masa ke masa Masjid Nabawi semakin megah dan memukau. 

Renovasi Terbesar

Terdapat renovasi besar-besaran Masjid Nabawi wakaf pertama Rasulullah SAW, yakni ketika zaman sudah beralih ke zaman modern. Renovasi besar ini dilakukan oleh Raja Abdul Aziz yang merupakan pemimpin dari kerajaan Arab Saudi. 

Masjid Nabawi pada zaman ini diperluas hingga luasnya mencapai 6.024 meter persegi, yakni di tahun 1372 Hijriyah. Tidak hanya di masa itu saja, renovasi besar-besaran juga dilakukan ketika kerajaan dipimpin oleh Raja Fahd pada bulan Safar 1405 Hijriyah atau bulan November 1984 Masehi. 

Raja Fahd meletakkan batu pertama pada proyek perluasan masjid yang begitu fantastis dan bahkan termasuk renovasi termegah di sepanjang sejarah.

Akan tetapi, proyek tersebut sempat mengalami penundaan sehingga pada akhirnya dapat terlaksana pada bulan Muharram tahun 1406 Hijriyah yang bertepatan dengan bulan Oktober 1985. 

Proyek fantastis yang megah ini diawali dengan proses penggusuran beberapa bagunan yang berada di sekitar Masjid Nabawi, yakni di atas tanah seluas 100.000 meter persegi.

Dari penggusuran tersebut dan renovasi besar-besaran oleh Raja Fahd, Masjid Nabawi akhirnya memiliki luas hingga 82.000 meter persegi. 

Di era Khadimul Haramain Raja Abdullah juga dilakukan renovasi yang besar pada Masjid Nabawi, bahkan tercatat sebagai perbaikan atau perluasan paling besar di sepanjang sejarah.

Salah satu mega proyek dari renovasi ini adalah payung-payung raksasa yang kini bisa dijumpai ketika pergi ibadah haji maupun umroh. 

Selain itu, Raja Abdullah juga menginstruksikan untuk memasang tiang-tiang marmer yang tersebar di seluruh halaman Masjid Nabawi dan jumlahnya sekitar 250 buah.

Informasi terbaru, ada setidaknya 6 jalur yang diberi payung raksasa, yakni jalur yang berada di sebelah jalur selatan. 

Wakaf Menjadi Ibadah yang Pahalanya Tidak Pernah Terputus

Pada dasarnya, wakaf merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh umat muslim untuk mendapatkan pahala. Namun, tahukah bahwa wakaf benar-benar merupakan salah satu bentuk ibadah yang menguntungkan bagi pelakunya?

Bagaimana tidak menguntungkan, karena wakaf termasuk amal jariyah sehingga tidak akan pernah terputus meskipun jasad sudah tertimbun oleh tanah sekalipun. Jadi, ketika seseorang telah mewakafkan sebagian hartanya untuk kepentingan umat, maka pahalanya tetap mengalir meskipun orang tersebut sudah meninggal. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah investasi akhirat seperti halnya tiga amal jariyah bagi umat muslim menurut Rasulullah SAW, yakni ilmu bermanfaat, sedekah jariyah, dan anak sholeh. Sedangkan wakaf berada di dalam bagian sedekah jariyah, sehingga jangan ragu untuk melakukannya. 

Benarkah wakaf merupakan amal jariyah? Jawabannya benar, karena hal tersebut tertera dalam sebuah hadist, yakni:

“Siapa yang membangun masjid karena Allah SWT, walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR Ibnu Majjah)

Imam Ash-Shan’ani menyebutkan, “Para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf. Perlu diketahui bahwa wakaf pertama dalam Islam adalah wakaf dari ‘Umar bin Al-Khattab sebagaimana nanti akan disebutkan haditsnya yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah. Kaum Muhajirun berkata, “Wakaf pertama dalam Islam adalah wakaf dari Umar.” (Subul As-Salam, 5: 226)

Banyak orang yang memiliki pikiran bahwa wakaf hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya yang bergelimpangan harta. Padahal, wakaf tidak perlu besar, karena di dalam hadist sudah dijelaskan bahwa sekecil apapun wakaf pasti akan mendapatkan pahala sebagaimana mestinya. 

Wakaf di zaman sekarang tidak melulu tentang tanah, bangunan, atau bahkan properti dengan nilai yang begitu fantastis. Berapapun harta yang dimiliki bisa diwakafkan, walaupun jumlahnya sangat kecil. Yuk coba cek program wakaf dari Yatim Mandiri

Referensi

  • https://zakat.or.id/wakaf-masjid-nabawi/
  • https://tabungwakaf.com/wakaf-masjid-nabawi/
  • https://wakafmandiri.org/blog/berbagi/wakaf/sejarah-wakaf-masjid-nabawi/
  • https://sma-iihs.sch.id/news/detail/keutamaan-wakaf–amalan-yang-pahalanya-tidak-pernah-terputus

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top