Pandemi ini mengukir cerita pilu bagi bu Ratih dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Sang ayah meninggal dunia akibat terpapar Covid-19, saat dilarikan ke rumah sakit, saturasi oksigen di angka 40 dan alami sesak berat.
Kini bu Ratih melanjutkan hidup bersama ibu mertuanya yang sudah tua dan kedua anaknya dengan berjualan sempol dan siomay.
Tak banyak yang beliau dapatkan dari jualan sempol di rumah, seharian bu Ratih paling banyak hasilkan Rp20rb.
Dari keuntungan itu beliau menabung Rp2rb,10rb, atau 20rb untuk membayar biaya sekolah kedua anaknya dan guna membeli beras. Untuk makan sehari-hari mereka hanya bisa membeli tahu, dan tempe. Terkadang jika ada uang cukup, mereka membeli telur.
Bu Ratih tak pernah membayangkan sebelumnya, jika kondisi ekonominya saat ini jauh dari kata cukup. Hal yang sangat membingungkan baginya, kebutuhan pendidikan kedua anaknya yang masih butuh perjalanan panjang.
“Ayah meninggal dunia saat Nagata dan kak Kiki masih sangat butuh kasih sayangnya.”
Isak tangis Nagata kelas 4 SD mengenang almarhum ayahnya, ia dan Kakak Nikitha kelas 1 SMP, saudara perempuannya menjadi yatim karena Covid-19 yang merenggut nyawa sang ayah.
Tak sempat berduka, 2 bersaudara ini membantu ibunya berjualan sempol dan pentol untuk membayar biaya sekolah.
Dari pendapatan Rp20.000/hari, mereka menyambung hidup. Lauk tahu, dan tempe menjadi menu sehari-hari. Mereka harus sedikit menabung untuk membayar buku dan sekolah. Barulah kalau ada sedikit rezeki lebih, mereka membeli telur untuk pengganti lauk.
Nagata dan Nikita rela bangun sebelum subuh untuk ke pasar, membantu ibunya berbelanja dang menggilingkan daging. Terkadang, perut lapar dan keinginan untuk membeli makan harus mereka tahan, karena uangnya pas-pasan.
Terceletuk di benak hati nikita untuk membahagiakan ibunya dengan menjadi orang sukses nantinya. “Kalo besar nanti Nikita ingin jadi ahli IT dan programmer agar bisa membuat game bagus dan dapat uang banyak.” ucap Nikitha.
Tak kalah dengan kakaknya, adik Nagata juga memiliki impian besar dengan bercita-cita menjadi pemain sepakbola profesional. Terbukti dari beberapa laga yang diikuti, timnya selalu merebut juara dan membawa tropi kebanggaan.
Keduanya memiliki impian besar yang ingin diwujudkan agar mampu mengangkat derajat kedua orang tua baik di dunia maupun akhirat. Terlebih jika kesuksesan mereka mampu membawa manfaat untuk banyak orang dan mengharumkan nama bangsa.