Surabaya, YM News – Guru merupakan sebuah pekerjaan yang mulia. Tidak banyak dari masyarakat yang berkeinginan untuk mengabdi menjadi seorang guru, terutama guru untuk anak-anak. Menjadi seorang guru bagi anak-anak juga bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Banyak tantangan yang harus dijalani, salah satunya adalah mengerti karakteristik anak dan menjadi pribadi yang sabar. Terlebih lagi gaji dari guru honorer yang dinilai kurang. Akan tetapi hal ini tidak mematahkan semangat dari Siti Fatimatul Khusnah, salah seorang guru Sanggar Al-Qur’an Yatim Mandiri di Banyuwangi.
Fatim, sapaan akrab nya, mengaku bahwa ia mengenal Yatim Mandiri sejak tahun 2019. Kala itu, ia diperkenalkan oleh rekannya yang juga sama-sama seorang pendidik di Kabupaten Banyuwangi. Tidak langsung menjadi seorang guru Sanggar Al-qur’an, Fatim memulai perjalanannya dengan menjadi mitra Yatim Mandiri Cabang Banyuwangi. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2020 Fatim memutuskan untuk bergabung menjadi guru Sanggar Al-Qur’an sekaligus menjadi SPV untuk Sanggar Al-Qur’an Yatim Mandiri di Kabupaten Banyuwangi.
Perempuan kelahiran tahun 1988 ini menjelaskan bahwa menjadi seorang guru di salah satu Sanggar Al-Quran Yatim Mandiri memiliki banyak suka dan duka. Berbekal pengalaman yang memang sudah terbiasa mengajar anak-anak baik mengaji maupun sekolah umum, membuat Fatim merasa bahwa tidak terlalu sulit baginya menjadi seorang guru di Sanggar Al-Qur’an. Ia paham betul, kebutuhan belajar anak didiknya. “Sejauh ini lebih banyak suka dibanding dukanya, saya juga sangat menikmati pekerjaan ini, terlebih Yatim Mandiri juga sangat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar agar semuanya berjalan lancar,” jelasnya.
Meskipun begitu, Fatim menambahkan bahwa posisi sanggar yang terletak di pesisir pantai terkadang mendapat kendala saat kondisi sedang hujan. Hal tersebut membuat para siswa harus meniadakan kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, Fatim tetap memberi motivasi kepada para siswa untuk terus semangat belajar bagaimanapun kondisinya. “Saya juga harus lebih banyak berinovasi untuk membuat media pembelajaran yang menarik bagi anak-anak,” imbuh perempuan asal Banyuwangi ini.
Tidak hanya menjadi seorang guru sanggar, ternyata Fatim juga merupakan guru di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Banyuwangi. Fatim merasa bahwa menjadi guru di SLB adalah panggilan dari hatinya. “Sepertinya memang minat saya adalah disini, menjadi seorang guru untuk anak-anak berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Bukan tanpa sebab, ia mengaku lebih tertarik menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus dibanding dengan anak-anak yang memang tidak memiliki hambatan. Dulu, ia pernah menjadi relawan di salah satu sekolah paud di Banyuwangi. Paud tersebut memang membagi dua kategori siswa menjadi kategori anak berkebutuhan khusus dan tidak. “Dari sinilah ketertarikan saya mulai muncul, saya lebih senang mengajar mereka yang memang berkebutuhan khusus,” katanya.
Mengajar para siswa berkebutuhan khusus bukanlah hal yang mudah. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki metode khusus dalam menanganinya. Setiap anak memiliki karakter dan penanganan yang berbeda-beda. “Hal inilah yang menjadi tantangan baru bagi saya,” ucap perempuan yang kini memiliki dua orang putra.
Mulanya, Fatim tidak mengerti metode yang harus digunakan dalam menangani anak berkebutuhan khusus.. Ia harus banyak-banyak belajar, mencari informasi, dan meningkatkan literasi. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk pindah dari program studi paud ke pendidikan luar biasa. Dari sini Fatim menjadi lebih paham dengan karakter anak berkebutuhan khusus. “Yang awalnya saya anggap mereka sama, tetapi ternyata tidak, setiap anak memiliki keunikan yang berbeda,” katanya.
Fatim mengaku bahwa sebenarnya mengajar ataupun menjadi seorang guru bukanlah cita-citanya dulu. Tidak pernah terbayangkan olehnya, bahwa ia akan menjadi guru. Namun, berkat doa dari keluarga sehingga ia kini bisa menjadi orang yang bermanfaat dengan profesi guru.
Mampu bertahan menjadi guru hingga saat ini juga bukan tanpa sebab. Fatim merasa sangat senang ketika melihat para murid jatuh cinta kepadanya. Ia merasa seluruh lelahnya menjadi sangat bermakna. Meskipun tidak mudah, namun Fatim akan terus berusaha dengan berbagai inovasi ajar. “Bagi saya, hal yang paling mengesankan saat menjadi guru adalah bagaimana membuat para murid jatuh cinta kepada saya,” jelasnya.
Fatim selalu berusaha untuk bisa masuk ke dunia para muridnya. Ia harus benar-benar paham dengan kesukaan dan minat dari para muridnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi Fatim untuk mengembangkan bakat dan minat para muridnya. Fatim yakin bahwa ketika sudah berhasil masuk kedalam dunia mereka dan mengetahui ketertarikan serta minat mereka maka proses belajar mengajar akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Hal ini juga tentu saja dapat meningkatkan motivasi anak-anak dalam belajar. “Karena menurut saya keberhasilan suatu pendidik adalah ketika anak-anak nyaman belajar dengan kita,” tuturnya.
Sebagai seorang guru, Fatim merasa bahwa pendidikan Indonesia kini sudah lebih baik. Banyak program-program dari pemerintah yang mengupayakan anak-anak agar tetap mendapatkan hak-haknya guna belajar hingga perguruan tinggi. Selain itu, menurutnya kini juga sudah banyak organisasi sosial dan komunitas sosial yang turut mensukseskan program pemerintah dalam mengupayakan pendidikan anak-anak di indonesia, salah satunya adalah Yatim Mandiri. “Kini para guru dapat memanfaatkan program-program pemerintah dalam meningkatkan kompetensinya untuk menjadi pendidik yang profesional,” ujarnya.
Fatim berpesan kepada para siswa sebagai generasi penerus bangsa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatannya kini. Masa muda harus dimanfaatkan sebaik-baiknya guna mempersiapkan diri menjadi pribadi yang tangguh, berprestasi, dan berjiwa santun. Sedangkan untuk para orang tua ia berpesan agar dapat bersama-sama bergandengan tangan guna membimbing dan membersamai anak-anak dengan kasih sayang menuju masa depan yang gemilang. Selain itu, ia juga berpesan kepada para guru agar tetap semangat walaupun gaji sedikit untuk tetap tidak menyerah dalam menjadi bagian dalam transformasi pendidikan di Indonesia.“Jangan pernah menyerah, tetap rendah hati, banyak bersyukur, dan buktikan bahwa kita guru adalah seorang yang memang layak untuk di gugu dan ditiru,” ujarnya.