Pasang surut dalam sebuah usaha memanglah hal yang wajar. Seperti yang dialami oleh Ery Zuliyanto, owner Soto Ayam Megilan. Sejak remaja, mentalnya telah digembleng untuk menjadi pejuang. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas, pria asli Lamongan ini lantas merantau ke Surabaya. Selama tiga tahun dirinya bekerja di sebuah pabrik. Di sanalah ia bertemu jodohnya. Karena keluarganya makin besar, Ery pun memutuskan untuk membuka usaha mie ayam. Namun usahanya ini tidak bertahan lama. Dirinya pun banting setir menjual aneka penyetan dan sambal uleg pada 2013.
“Setelah berjalan selama empat tahun dan mengalami berbagai dinamika, akhirnya usaha sambel uleg ini tumbang juga. Sempat terpikir untuk membuka usaha serupa di tempat yang berbeda. Tapi usaha tersebut menemui kebuntuan,” papar pria yang akrab disapa Erick ini. Saat itulah Erick merasa jalan terakhir adalah bertawakal pada Allah. “Saya yakin pertolongan Allah pasti datang di waktu-waktu genting,” tambahnya.
Seminggu kemudian, Erick menjenguk anak dari salah seorang temannya. Di sana Erick menceritakan berbagai masalah dan keinginannya. Sang teman lalu menawarinya sebuah tempat yang cocok untuk berjualan soto. “Tanpa banyak pertimbangan saya langsung menerima tawaran tersebut. Ternyata inilah jawaban dari doa-doa saya,” kenang ayah dari tiga orang anak ini.
Singkatnya, Erick memulai usaha warung soto ini dengan perlengkapan seadanya. Berbekal keyakinan, Erick sangat bersyukur dagangannya itu langsung laris, bahkan saat belum menginjak tengah hari. Tak ia sangka, makin hari usahanya ini makin laris. “Saat itu yang terpenting adalah saya fokus bagaimana harus bangkit. Apalagi saat itu anak-anak sudah mulai sekolah. Sehingga lebih banyak biaya yang diperlukan. Anak-anak lah yang menjadi motivasi saya,” paparnya.
Menurut Erick, usahanya kali ini termasuk stabil, meski tetap ada pasang surutnya. Tapi tidak pernah dalam waktu yang lama. Karena menurut Erick, pelanggannya datang dari berbagai kalangan dan mewakili semua segmen masyarakat. “Alhamdulillah banyak pelanggan yang kembali dan memberi testimoni yang baik. Sehingga membuat kami lebih bersemangat dalam berinovasi,” jelas Erick.
Meski dengan tempat yang masih terbatas, dengan hanya dua meja, tiap hari Soto Ayam Megilan bisa melayani sampai 80 orang. Mulai dari pukul 06.00 sampai 13.00 WIB. Semenjak media sosial semakin marak, Erick tak ketinggalan untuk memanfaatkannya. Dirinya aktif di instagram hingga blog. Bahkan warung sotonya ini pernah diulas oleh Youtuber. “Meski hanya warung soto, kita tetap harus berinovasi. Terutama dari sisi marketing. Agar tidak kalah dari usaha sejenis,” terangnya.
Tahun ini, sudah memasuki tahun kelima Soto Ayam Megilan berdiri. Semakin hari, penjualan semakin meningkat. Erick tak pernah menyangka, bahwa tahun ini dirinya bisa membuka cabang kedua Soto Ayam Megilan. “Alhamdulillah, karena doa, ikhtiar, dan selalu bertawakal pada Allah, kami bisa memperluas usaha ini,” ujarnya.
Di tengah kesuksesan usahanya, Erick tak lupa untuk selalu menyisihkan sebagian rezekinya pada mereka yang membutuhkan. Salah satunya adalah melalui Yatim Mandiri. Erick menjelaskan bahwa dirinya sudah cukup lama mengenal Yatim Mandiri. Bahkan saat ia masih bekerja di pabrik pada 2007 sampai 2010, dirinya sudah menjadi donatur dengan ikut program sedekah bulanan karyawan. “Lalu ketika buka warung soto, ada salah satu karyawan yang makan dan kami berbincang. Akhirnya saya mendaftar sebagai donatur tiap bulan sampai sekarang,” ceritanya.
Bagi Erick, salah satu hal yang membuatnya percaya pada Yatim Mandiri adalah pengelolaan dana umat disana dikelola secara transparan, amanah, profesional, dan sistemnya modern mengikuti zaman. “Alhamdulillah manfaatnya banyak sekali yang terasa. Salah satunya, mungkin dari doa-doa anak yatim, sehingga usaha kami survive sampai saat ini,” tutupnya.