Ini dia nama-nama pahlawan muslim kemerdekaan Indonesia yang wajib sahabat ketahui. Ada siapa saja dan darimana asalnya? Cari tahu di sini!
Di antara para pejuang yang telah berjasa membebaskan tanah air dari para penjajah, terdapat nama-nama pahlawan muslim kemerdekaan Indonesia di dalamnya.
Peran dan kontribusi yang diberikan oleh pahlawan-pahlawan tersebut telah meninggalkan jejak bersejarah untuk selalu dikenang bangsa.
Mereka berjuang melalui berbagai bentuk gerakan untuk memajukan umat serta bangsa, mulai dari jalur peperangan, diplomasi, hingga pendidikan.
Masing-masing memiliki peran sesuai dengan kemahirannya agar kemerdekaan tanah air dapat terwujud.
Siapakah tokoh-tokoh Islam yang yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia? Sahabat bisa mencari jawabannya pada pembahasan di bawah ini.
Pahlawan Muslim Kemerdekaan Indonesia & Asalnya
Untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang dan membela tanah air, berikut ini merupakan kisah dan nama pahlawan Muslim yang turut berjuang demi kemerdekaan Indonesia:
1. K.H. Hasyim Asy’ari
Pahlawan Muslim yang pertama merupakan sosok ulama dan tokoh agama ternama, yaitu K.H Hasyim Asyari.
Beliau lahir di Jombang, Jawa Timur, tepatnya di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Jombang pada tanggal 10 April 1875.
K.H Hasyim Asy’ari sendiri juga dikenal sebagai salah satu pendiri organisasi Islam paling besar yang ada di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU).
Tidak hanya sebatas itu saja, K.H Hasyim juga menjadi pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng yang merupakan salah satu pondok terbesar dan terpenting di Jawa pada abad ke-20.
Selain menjadi ulama dan pemimpin pondok pesantren, beliau juga aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada masa itu, beliau merupakan sosok penggagas pendirian Tentara Sukarela Muslimin di Jawa.
Tentara yang juga dikenal dengan sebutan Hizbullah ini, memiliki kontribusi besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara asing yang ingin merebut kekuasaan.
2. H. OS Cokroaminoto
OS Cokroaminoto atau Raden Hadji Oemar said Tjokroaminoto merupakan salah satu pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia.
Beliau juga merupakan pemimpin organisasi pertama yang ada di Indonesia bernama Sarekat Islam (SI), sekaligus jadi guru tokoh-tokoh terkenal, seperti Soekarnao, Musso, Semaoen, Alimin hingga Tan Malaka. .
Adapun peran dan perjuangan beliau untuk Indonesia antara lain, mengecam pengambilan tanah yang akan dijadikan sebagai lahan perkebunan milik orang-orang Eropa dan menuntut kesetaraan kedudukan dokter-dokter pribumi dengan dokter-dokter Belanda.
Lebih dari itu, beliau juga mendesak Sumatra Land Syndicaat agar segera mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung.
3. Sultanah Safiatuddin
Dalam Kesultanan Aceh Darussalam, Sultanah Safiatuddin tercatat menjadi seorang pemimpin wanita pertama.
Safiatuddin sendiri merupakan anak tertua dari Sultan Iskandar Muda dan lahir pada tahun 1612. Beliau diangkat menjadi pemimpin setelah suaminya, Sultan Iskandar Tsani, wafat pada tahun 1961.
Walaupun di awal masa kepemimpinannya sempat terjadi pro dan kontra, Sultanah Safiatuddin tidak gentar dan terus semangat berjuang untuk menjaga dan memajukan masyarakat.
Terbukti semasa kepemimpinannya, beliau berhasil mencegah Aceh dari adanya invasi bangsa asing. Hal ini terjadi berkat kepiawaiannya dalam berdiplomasi.
Tidak sampai di situ saja, pada masa pemerintahannya, beliau juga ingin mengembangkan ilmu pengetahuan.
Keinginannya ini diwujudkan dengan cara membangun perpustakaan serta mengembangkan pusat pendidikan, yaitu Universitas Baiturrahman (Jami’ Baiturrahman).
Kepemimpinan Sultanah Safiatuddin berakhir pada tahun 1675, karena meninggal dunia pada usia 63 tahun.
4. Raden Adjeng Kartini
Selanjutnya, yaitu ada Raden Adjeng Kartini. Ya, RA Kartini adalah salah satu pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia perempuan. Beliau berasal dari Jepara dan lahir pada tanggal 21 April 1879.
Kartini merupakan sosok pahlawan Islam perempuan yang berjuang untuk menjunjung emansipasi wanita. Perjuangan R.A Kartini ini dilakukan bukan tanpa alasan dan landasan di baliknya.
Alasan perjuangan RA Kartini adalah adanya ketimpangan sosial di tanah Jawa yang sangat tinggi antara perempuan dan laki-laki.
Maka dari itu, Kartini berjuang agar perempuan bisa memperoleh hak yang sama seperti layaknya anak laki-laki.
Adapun salah satu hak yang diperjuangkan, yaitu perempuan diberikan kebebasan untuk mengenyam pendidikan.
5. K.H Zainal Mustafa
K.H Zainal Mustafa merupakan pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tasikmalaya.
Beliau lahir pada tanggal 1 Januari 1899 di Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya. Sebenarnya, pada saat lahir, beliau diberi nama Hudaemi.
Namun, namanya berganti menjadi Zainal Mustafa setelah menunaikan haji pada tahun 1927. Ketika pulang haji, beliau juga mendirikan Pondok Pesantren Sukamanah.
H Zainal Mustafa pada saat itu juga terkenal sebagai seorang kiai muda pemberontak. Beliau dengan berani melawan kolonialisme dengan menggagas gerakan pemberontakan di Singaparna.
Perlawanan yang dilakukan oleh K.H Zainal Mustafa membuat Jepang semakin geram. Lalu pada tanggal 25 Februari 1944 beliau ditangkap, dan pada tanggal 25 Oktober 1944 dihukum mati.
6. Rahmah EL Yunusiyah
Selanjutnya, yaitu pahlawan wanita berasal dari Minangkabau bernama Rahmat El Yunusiyah, lahir pada tanggal 26 Oktober 1900.
Sama seperti Raden Adjeng Kartini, beliau juga memiliki hasrat yang tinggi dalam memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan.
Tekadnya ini berhasil diwujudkan dengan mendirikan sekolah khusus perempuan pada tanggal 1 November 1923 yang dinamai Madrasah Diniyah Putri.
Melalui sekolah ini, beliau ingin perempuan Muslimah bisa memiliki peranan yang penting sebagai seorang pendidik, teladan moral, pekerja sosial, hingga berdakwah.
Beliau juga mendirikan sekolah yang ditujukan bagi ibu-ibu rumah tangga bernama Menyesal School, agar dapat memerdekakan ibu rumah tangga dari buta huruf.
7. K.H Ahmad Dahlan
Pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia selanjutnya juga dikenal sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah, yaitu K. H Ahmad Dahlan yang lahir pada tanggal 1 Agustus 1868.
H Ahmad Dahlan memang pada dasarnya sudah aktif mengikuti beberapa organisasi, seperti Sarekat Islam dan Budi Utomo.
Muhammadiyah didirikannya sebagai bentuk kesadaran beliau akan pentingnya pendidikan serta kepedulian terhadap masalah sosial yang ada.
Maka dari itu, didirikanlah Muhammadiyah sebagai wadah organisasi untuk melaksanakan misi tersebut.
Bahkan, dari Muhammadiyah juga lahir organisasi lainnya diantaranya yaitu ada Hizbul Wathan dan Aisyiyah yang lebih berfokus pada perempuan.
8. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro merupakan putera Sultan Hamengkubuwono III. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785, Pangeran Diponegoro memiliki nama kecil Raden Mas Ontowiryo.
Perjuangan awal Pangeran Diponegoro dimulai ketika beliau tidak setuju dengan adanya campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.
Maka dari itu, beliau bertekad untuk melawannya.
Nah, akibat dari perlawanan ini, kediamannya di Tegalrejo diserang oleh Belanda. Akhirnya, beliau berpindah ke daerah bukit bernama Selarong.
Perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro didukung oleh berbagai kalangan mulai dari bangsawan, ulama hingga petani.
Alhasil, Belanda kerepotan dan mulai menjalankan siasat licik untuk meredam gerakan dan perlawanan Diponegoro.
Pada saat itu, Belanda berpura-pura mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang.
Namun, Pangeran Diponegoro justru ditangkap lalu dibuang ke Manado. Sempat juga dipindahkan ke Ujung Pandang dan akhirnya meninggal di tempat tersebut pada tanggal 8 Januari 1855.
9. K.H Abdul Wahid Hasyim
K.H Abdul Wahid Hasyim merupakan pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia yang merupakan putra dari K.H Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Bagi sahabat yang belum tahu, K.H Abdul Wahid Hasyim merupakan ayah dari Presiden ke-4 Republik Indonesia, yaitu Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Di masa-masa perjuangan, K.H Wahid Hasyim memiliki peran yang cukup penting. Beliau menjadi salah satu tokoh yang turut menandatangani Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Piagam ini merupakan cikal bakal Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi landasan konstitusi bagi negara Indonesia.
Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama Pertama di Indonesia dan beberapa jabatan lainnya di antara tahun 1946 hingga 1952.
10. Teungku Fakinah
Ulama perempuan yang berasal dari Aceh dan menjadi salah satu pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia adalah Teungku Fakinah.
Jadi, beliau merupakan panglima besar dan seorang pendidik yang sangat menentang kolonialisme bangsa Belanda.
Sepak terjang di dunia pendidikan yang dilakukan oleh Fakinah diawali dengan pembangunan Dayah Lam Beunot yang didirikan di Mukim Lamkrak.
Dayah sendiri merupakan sebutan yang merujuk pada pendidikan tradisional Islam yang ada di Aceh.
Pembangunan Dayah ini dilakukan pada tahun 1911 usai terjadinya peristiwa gerilya yang dilakukan di wilayah Lam Krak. Hanya dalam waktu singkat, Dayah mengalami perkembangan yang pesat.
11. Teungku Cik Di Tiro
Masih dari Aceh, pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia, yaitu ada Teungku Cik Di Tiro. Beliau merupakan putra dari Teungku Sjech Ubaidillah yang lahir pada tahun 1836.
Sedari kecil, Teungku Cik Di Tiro sudah tumbuh di lingkungan dengan ajaran agama yang ketat.
Pada saat menunaikan ibadah haji, beliau semakin memperdalam ilmu agamanya dan bertemu dengan pimpinan-pimpinan Islam di Mekkah.
Dari pemimpin-pemimpin tersebut, Tengku Cik Di Tiro belajar bagaimana melawan kolonialisme dan imperialisme.
Akhirnya, beliau bertekad untuk melakukan hal serupa sesuai dengan ajaran agamanya, hingga rela mengorbankan jiwa dan raganya.
Tekad tersebut dibuktikan dalam Perang Sabil, benteng Belanda satu per satu mulai direbut. Begitu juga dengan wilayah kekuasaan Belanda yang kembali ke tangan para pasukan dari Cik Di Tiro.
Benteng-benteng Belanda yang berhasil ditaklukkan oleh pasukan Cik Di Tiro di antaranya, yaitu Aneuk galong dan Lamboro.
Nah, Belanda yang mulai kewalahan dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh Cik Di Tiro, akhirnya merencanakan siasat liuk dengan mengirimkan makanan yang sudah diberi racun.
Tanpa menaruh rasa curiga, Cik Di Tiro memakannya. Akhirnya beliau meninggal di benteng Aneuk Galong pada bulan Januari 1981.
12. K. H. Zainal Arifin
Ulama pejuang kemerdekaan, K. H Zainal Arifin lahir pada tanggal 2 September 1909, di Barus Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara.
Pada masa demokrasi terpimpin, beliau pernah menjabat sebagai Ketua DPR-GR. Selain itu, K. H Zainal Arifin juga dikenal sebagai salah satu tokoh politik Nahdlatul Ulama.
Berdasarkan catatan sejarah, beliau merupakan sosok yang aktif dalam pergerakan nasional Indonesia, terutama dalam bidang politik.
Sebagai salah satu pahlawan muslim kemerdekaan Indonesia, beliau pernah tergabung ke dalam Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) sebagai Kepala bagian pada masa pendudukan Jepang.
13. Siti Walidah
Siti Walidah merupakan istri dari K.H Ahmad Dahlan, sehingga akrab dipanggil Nyai Ahmad Dahlan. Beliau lahir di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872.
Seperti suaminya, beliau juga aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di ranah pendidikan, khususnya bagi perempuan.
Beliau turut serta dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam hal pendidikan, agama, dan umum, dengan cara mendirikan bangunan sekolah untuk masyarakat.
14. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien merupakan pahlawan Islam wanita yang berasal dari Aceh. Beliau lahir pada tahun 1848 dan merupakan keturunan bangsawan.
Ayahnya, Teuku Nanta Seutia merupakan panglima perang keturunan Makhdum Sati dan ibunya keturunan bangsawan dari Kampung Lampagar.
Dengan segala keterbatasan, Cut Nyak Dien memimpin perjuangan melawan para penjajah. Bergabungnya Cut Nyak Dien dalam melawan penjajahan ini berhasil meningkatkan moral semangat bagi para pejuang dari Aceh untuk melawan Belanda.
15. Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol atau Peto Syarif, adalah pahlawan Muslim kemerdekaan Indonesia yang lahir pada tahun 1772 di Sumatera Barat.
Beliau juga merupakan pendiri negeri Bonjol, yaitu desa kecil yang dilengkapi dengan benteng dari tanah liat.
Imam Bonjol pernah dihadapkan dalam situasi di mana terjadi pertentangan antara kaum adat dan kaum paderi (agama).
Dalam hal ini, Belanda memihak kaum adat, sedangkan kaum paderi berada di bawah pimpinan Imam Bonjol.
Di tahun 1824, Belanda mencoba untuk berdamai dengan membuat perjanjian yang dinamakan dengan “perjanjian masang”. Namun, Belanda justru melanggar perjanjian tersebut.
Kemudian Belanda melakukan penyerangan di daerah Sumatera Barat dan menguasai Bonjol pada tahun 1832.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena tiga bulan kemudian, Bonjol berhasil direbut kembali.
Hal ini terjadi berulang kali hingga pada tanggal 16 Agustus 1837, Belanda berhasil menyerbu Bonjol.
Akhirnya, Imam Bonjol terjebak pada pengkhianatan yang dilakukan Belanda hingga akhirnya diasingkan ke Cianjur, lalu ke Ambon. Terakhir, beliau dipindahkan ke Manado hingga meninggal pada tanggal 6 November 1864.
Kisah perjuangan para pahlawan muslim kemerdekaan Indonesia di atas, menjelaskan betapa besarnya pengorbanan dan rasa cinta tanah air yang mereka miliki.
Sudah sepantasnya kita meneladani perjuangan para pahlawan dengan cara berkontribusi untuk membentuk generasi yang lebih baik.
Selain dimulai dari diri sendiri, Sahabat bisa berkontribusi untuk mencetak generasi lebih baik dengan mendukung program pendidikan di Indonesia.
Salah satu program pendidikan yang bisa Sahabat dukung, yaitu program pendidikan untuk anak yatim dan dhuafa.
Bantu mereka mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas agar mereka tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan berdaya.
Caranya, Sahabat bisa mengunjungi platform donasi online Yatim Mandiri dan mulai berdonasi di program pendidikan dan Orang Tua Asuh (OTA).