Beragam tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia sangat menarik untuk diketahui karena mempunyai ciri khasnya sendiri. Berikut ulasannya!
Tradisi perayaan Maulid Nabi yang terlaksana setiap tahunnya di Indonesia memiliki keunikan tersendiri di setiap daerah.
Terlebih lagi Indonesia memiliki beragam suku dengan budaya yang berbeda.
Banyaknya tradisi daerah saat perayaan Maulid Nabi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai keagamaan dapat menyatu dengan budaya lokal, menciptakan perayaan yang sarat dengan makna religius dan sosial.
Berikut adalah ulasan selengkapnya tentang tradisi menarik yang ada di Indonesia tentang perayaan Maulid Nabi:
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Indonesia
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah satu perayaan keagamaan yang memiliki makna mendalam bagi umat Muslim di Indonesia.
Setiap daerah di Nusantara merayakannya dengan tradisi yang khas, mencerminkan kekayaan budaya dan keberagaman yang ada di negeri ini.
Dari pembacaan syair-syair pujian di Jepara hingga arak-arakan gunungan di Yogyakarta, tradisi perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah tidak hanya menjadi momen untuk mengenang kelahiran Nabi, tetapi juga untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual di tengah masyarakat.
1. Maulid Nabi di Jepara
Di Jepara, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan dengan penuh khidmat melalui pembacaan kitab al-Barzanji, sebuah kitab yang berisi syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Pembacaan kitab ini menjadi inti dari perayaan Maulid di Jepara. Masyarakat berkumpul untuk mendengarkan kisah kehidupan Rasulullah yang dipenuhi dengan keteladanan.
Kitab al-Barzanji tidak hanya sekadar dibaca, tetapi juga disimak dengan penuh penghayatan sebagai bentuk rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi.
Setelah pembacaan kitab al-Barzanji, kegiatan dilanjutkan dengan tausiyah dan doa bersama. Tausiyah ini biasanya disampaikan oleh ulama atau tokoh agama setempat, yang memberikan ceramah tentang makna Maulid Nabi dan pentingnya meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Maulid Nabi di Aceh
Di Aceh, tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW berlangsung dengan semarak, diiringi berbagai kegiatan keagamaan dan budaya yang khas.
\Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah kenduri Maulid, di mana masyarakat Aceh menyelenggarakan jamuan makan besar yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Selain kenduri, perayaan Maulid di Aceh juga diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai hikayat Nabi.
Pembacaan hikayat ini mengajak pendengar untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan Rasulullah dalam menegakkan ajaran Islam.
3. Maulid Nabi di Sumatra Barat
Peringatan Maulid Nabi di Sumatra Barat dirayakan dengan cara unik yang disebut tradisi Bungo Lado.
Setiap keluarga membuat pohon hias yang dihiasi dengan uang kertas sebagai daun-daunnya, yang dikenal sebagai Bungo Lado.
Pohon hias ini kemudian disumbangkan ke panti asuhan sebagai bentuk kepedulian sosial dan semangat berbagi kepada sesama.
Tradisi ini menunjukkan bagaimana peringatan Maulid tidak hanya menjadi momen keagamaan, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai kedermawanan dalam masyarakat.
4. Maulid Nabi di Yogyakarta
Di Yogyakarta, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta selalu menjadi momen yang dinantikan masyarakat.
Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah keluarnya gunungan dari Keraton ke halaman Masjid Besar Kauman, Yogyakarta.
Gunungan ini berisi hasil bumi yang disusun menyerupai gunung dan diarak oleh abdi dalem Keraton.
Masyarakat yang hadir akan berusaha mengambil isi gunungan, karena dipercaya membawa berkah bagi mereka yang mendapatkannya.
5. Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Bali
Di Bali, umat Muslim merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengarak Bale Saji, sebuah tandu berisi hiasan bunga yang terbuat dari telur dan kertas.
\Telur dalam Bale Saji melambangkan kelahiran, dan hiasan tersebut dibuat dengan penuh keindahan dan ketelitian.
Arakan Bale Saji biasanya diiringi dengan doa dan dzikir yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, mengiringi perjalanan tandu tersebut melalui jalan-jalan desa.
Melalui perayaan ini, umat Muslim di Bali menunjukkan rasa cinta dan penghormatan mereka kepada Rasulullah.
6. Maulid Nabi di Lombok
Di Lombok, tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW diwarnai dengan tradisi membunyikan alat musik gerantung selama 24 jam tanpa henti. Musik gerantung ini menjadi simbol kebersamaan dan semangat yang terus menyala dalam memperingati kelahiran Nabi.
Tradisi ini dilakukan di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Selain itu, tradisi migel, yang merupakan tarian bersama di sekitar kompleks Masjid Kuno Gumantar, juga menjadi bagian penting dari perayaan Maulid di Lombok.
Tarian ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa, dengan para gadis menjadi sorotan utama dalam tarian ini.
Migel tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam, sebagai ungkapan syukur dan kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
7. Maulid Nabi di Sulawesi Selatan
Lalu di Maros, Sulawesi Selatan, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW diselenggarakan dengan cara yang sangat unik dan khas, yaitu mengarak ratusan paket makanan menggunakan lebih dari 50 perahu di sepanjang sungai.
Arak-arakan ini menjadi simbol rasa cinta kepada Nabi sekaligus rasa syukur atas nikmat sungai yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.
Perahu-perahu yang dihias dengan penuh warna-warni membawa makanan dan ribuan telur yang dihias.
Selain sebagai bentuk perayaan, acara ini juga menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi antarwarga, karena semua lapisan masyarakat turut serta dalam kegiatan ini.
Menariknya, pengunjung yang datang dari berbagai daerah juga dapat menikmati acara ini secara gratis.
8. Maulid Nabi di Mojokerto
Di Mojokerto, tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dikenal dengan nama “Keresan,” yang diambil dari kata “keres” atau pohon kersen.
Dalam tradisi ini, ratusan hadiah diikat dengan rafia pada ranting-ranting dua pohon kersen, dan bisa diambil oleh masyarakat setelah prosesi perayaan selesai.
Hadiah-hadiah ini bisa berupa pakaian, sandal, topi, sepatu, hingga buah-buahan, yang semuanya disiapkan oleh masyarakat setempat sebagai wujud syukur atas kelahiran Nabi.
Dengan memberikan hadiah, masyarakat menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT.
9. Maulid Nabi di Banyuwangi
Di Banyuwangi, tradisi perayaan Maulid Nabi yaitu endhog-endhogan, menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini melibatkan pengarakkan ratusan telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan ancak, wadah yang berisi nasi dan lauk-pauk.
Telur-telur ini kemudian diarak keliling kampung atau desa, sebelum akhirnya dibawa ke masjid untuk dibacakan selawat dan doa bersama.
Setelah prosesi doa, telur dan makanan dalam jodang dan ancak dibagikan kepada masyarakat yang hadir, melambangkan kepedulian dan kebersamaan.
10. Maulid Nabi di Madiun
Perayaan Maulid Nabi di Madiun memiliki tradisi unik yang dikenal sebagai Grebek Maulid. Dalam tradisi ini, masyarakat setempat mengadakan kirab besar yang diikuti oleh berbagai kelompok masyarakat dan instansi.
Kirab ini biasanya dimulai dari masjid besar di pusat kota dan berakhir di alun-alun atau tempat terbuka lainnya. Selama kirab, masyarakat membawa berbagai hasil bumi, makanan, dan barang-barang yang kemudian dibagikan kepada warga sebagai simbol rasa syukur atas kelahiran Nabi.
Setelah kirab selesai, acara dilanjutkan dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pembacaan selawat, doa bersama, dan ceramah agama.
Tradisi ini tidak hanya memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga.
11. Maulid Nabi di Gresik
Di Gresik, tradisi perayaan Maulid Nabi Ampyang Maulid menjadi salah satu cara masyarakat setempat untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ampyang Maulid adalah tradisi arak-arakan nasi kepal yang dibungkus daun jati, buah-buahan, dan hasil sayuran lainnya yang disusun dalam bentuk gunungan.
Gunungan ini kemudian diarak keliling desa dengan diiringi doa dari tokoh agama setempat. Setelah kirab selesai, isi gunungan dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol berkah dan kebersamaan.
12. Maulid Nabi di Kudus
Kemudian untuk perayaan di kota Kudus, perayaan Maulid dikenal dengan tradisi Ampyang Maulid yang berlangsung di Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati.
Dalam tradisi ini, masyarakat setempat mengangkat tandu berisi nasi kepal yang dibungkus daun jati, buah-buahan, dan hasil sayuran lainnya. Gunungan tersebut lalu diarak dalam kirab yang diiringi dengan doa-doa.
Setelah arak-arakan selesai, isi gunungan dibagikan kepada warga sebagai bentuk berkah dan simbol kebersamaan.
Tradisi Ampyang Maulid di Kudus bukan hanya sebuah perayaan keagamaan, tetapi juga mengajarkan tentang pentingnya berbagi.
Beragam keunikan tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia menunjukkan bahwa banyak Muslim yang bersukacita atas kelahiran Nabi, salah satunya dengan sedekah kepada sesama.
Sahabat juga dapat menyalurkan sedekah pangan melalui program Laznas Yatim Mandiri, yang amanah dan transparan dalam mengelola dana umat.